VIRUS
PENGANTAR
Manusia
rentan dengan penyakit. Penyebabnya bisa beragam,
salah satu yang sering dijumpai
adalah virus, yakni mikroba yang bersifat parasit dengan ukuran mikroskopik dan
cenderung bekerja dengan cara menginfeksi inangnya.Virus dapat bertindak
sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit,virus
memasuki sel dan
menyebabkan
perubahan-perubahn yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau
bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfekinya. Sebagai agen pewarissifat,
virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
Perubahan
yangdiakibatkannya tidak membahayakan bagi sel atau bahkan bersifat menguntungkan.
Dalam beberapakasus, virus dapat bertindak sebagai agen penyakit atau sebagai
agen pewaris sifat tergantung darisel-sel inangnya dan kondisi lingkungan.
A. Sejarah virus
Virus merupakan suatu partikel yang
masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati.
Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus
dikatakan benda hidup, karena virus dapat
memperbanyak diri (replikasi) dalam
tubuh inang. Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga
akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia
tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak
memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri
sendiri.
Penyelidikan tentang objek-objek
berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannya mikroskop oleh Antony Van
Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai penemuan
dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopik yaitu virus.
Beberapa tokoh dalam penemuan virus
pertama yaitu:
Percobaan diawali dari
munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Ia mencoba
menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnya tanaman
Ia mencoba menyaring
getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum disemprotkan ke tanaman
sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Ia menyimpulkan bahwa ada
partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolos saringan yang menularkan
penyakit.
·
Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)
Ia menemukan bahwa partikel
itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada medium pertumbuhan
bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup pada makhluk
hidup yang diserangnya.
·
Wendel M. Stanley (1935, Amerika)
Ia berhasil
mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai TMV
(Tobacco Mosaic Virus).
B. Pengertian Virus
Virus berasal dari bahasa yunani “Virion”
yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang
menginfeksiselorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun
atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua
kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan
ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat
hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA
atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan
didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu
dapat di kristalkan dan dicairkan.
Struktur berbeda dengan sel dan
tidak melakukan metabolisme sel.
Partikel virus secara keseluruhan
ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi
oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan
aktivitas biosinteis dan reproduksi.
Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses
reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang
untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus.
C. Bentuk dan Ukuran virus
Bentuk virus bervariasi dari segi
ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat,
oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang berbentuk T.
Ukuran Virus sangat kecil, hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil
daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1
μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer
(nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar
merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm,
dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
D. Susunan Tubuh
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan
pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri dari sejumlah
kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi :
a. Memberi bentuk
virus
b. Pelindung dari
kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah
penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
2. Isi
Terdapat di sebelah
dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat keturunan yaitu DNA
atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA
saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut
nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.
3. Kepala
Kepala virus berisi
DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu unit protein
yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut
ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh
virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2
macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope)
yang terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat
yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.
E. Pengembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel
penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan virion baru; jenis sel yang
dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak.
Untuk tujuan diagnosti, sebagian
besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik
turunan sel sekunder atau kontinu;
pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya
dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan
virus sering berasal dari jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus
menerus.
Replikasi virus dalam biakan sel
dapat di deteksi dengan
Tahap-tahap replikasi :
1. Peletakan/
Adsorpsi adalah tahap penempelan virus pada dinding sel inang. Virusmenempelkan
sisi tempel/ reseptor site ke dinding sel bakteri
2. Penetrasi sel
inang yaitu enzim dikeluarkan untuk membuka dinding sel bakteri. Molekul
asam.nukleat (DNA/RNA) virus bergerak melalui pipa ekor dan masuk ke dalam
sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka. Pada virus telanjang, proses penyusupan
ini dengan cara fagositosis virion (viropexis), pada virus terselubung dengan
cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke sitoplasma.
3. Eklipase : asam
nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk membentuk bagian-bagian
tubuh virus
4. Pembentukan
virus (bakteriofage) baru : bagian-bagian tubuh virus yang terbentuk digabungkan
untuk mjd virus baru. 1 sel bakteri dihasilkan 100 – 300 virus baru
5. Pemecahan sel
inang (lisis) : pecahnya sel bakteri. Dengan terbentuknya enzim lisoenzim yang
melarutkan dinding sel bakteri sehingga pecah dan keluarlah virus-virus baru yang
mencari sel bakteri lain
F. Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran
viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama akhiran genus diberi
akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus,
berdasarkan kriteria
1. Jenis asam
nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal
2. Ukuran &
morfologi tmsk tipe simetri kapsid
3. Adanya enzim
spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bg replikasi genom
4. Kepekaan thd
zat kimia & keadaan fisik
5. Cara penyebaran
alamiah
6. Gejala2 yang
timbul
7. Ada tidaknya
selubung
8. Byknya kapsomer
untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal Saat
ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota
yang mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi mjd
:
1. Picontohrnaviridae 8.
Rhabdoviridae
2. Caliciviridae 9. Filoviridae
3. Togaviridae 10.
Paramyxoviridae
4. Flaviviridae 11.
Orthomyxoviridae
5. Bunyaviridae 12.
Reoviridae
6. Arenaviridae 13.
Retroviridae
7. Contohronaviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi mjd
:
1. Adenoviridae 4. Papovaviridae
2. Herpesviridae 5. Parvoviridae
3. Hepadnaviridae 6. Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang
belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) krn byk sifat biologiknya belum
diketahui.
G. Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2
peran, yaitu peran virus sebagai mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang
merugikan.
Virus yang menguntungkan: Virus
berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena dapat digunakan untuk
cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai contoh adalah
virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis,
seperti diabetes dan kanker dapat disembuhkan.
Virus yang merugikan :Virus yang
dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan
dan tumbuhan
H. Penyakit – Penyakit Akibat Virus
Proses infeksi virus dpt melalui
berbagai jaringan.
· Melalui
saluran pernafasan contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola
penyebab campak, ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit
cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar air.
· Melalui saluran pencernaan contoh : virus
hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab diare
· Melalui kulit & mukosa genitalia contoh :
virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD, rabies
penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
·
Melalui plasenta contoh : virus rubella,
cytomegalovirus
I. Beberapa virus yang merugikan
1. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang
berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh berbagai virus yang berbeda
seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena perkembangan penyakit kuning
merupakan fitur karakteristik penyakit hati.
a) Virus Hepatitis
A (HAV)
Anggota virus famili
picornaviridae, genus hepatovirus, virus RNA tidak berselubung berukuran
28-32 nm, hanya terdiri dari satu serotipe.
Epidemiologi : Sumber
ledakan kasus biasanya air minum dan makanan yangtercemar. Sebagian besar
infeksi didaerah endemis (negara berkembang, kelompok sosial ekonomi rendah).
Kebanyakan bersifat asimtomatis. Pernah terjadi ledakan kasus akibat
pengelolaan makanan yang terinfeksi dan ingesti kerang yang tercemar Patogenesis
: Transmisi terjadi secara fekal-oral. Dengan masa tunas 3-5 minggu (rata-rata
30 hari). Virus terdapat dalam darah sejak 2 minggu sebelum hingga 1 minggu
sesudah timbul ikterus dan sedikit lama di tinja. Semua kelompok usia rentan
terjangkit infeksi hepatitis A dan keparahan penyakit meningkat seiring peningkatan
usia. Kadang-kadang HAV juga ditularkan melalui kontak seksual (anal-oral) dan
transfusi darah. Sebagian besar kasus terjadi pemulihan sempurna, dengan
respons antibodi spesifik yang menetap seumur hidup. Tidak terdapat carrier
atau penyakit kronis.
Diagnosis : diagnosis
ditegakan denga melalui pemerikasaan serologi (EIA) terhadap IgM spesifik HAV
(Infeksi Akut) atau IgG (status imun)
Terapi : pengobatan
simtomatik dan suportif.
Pencegahan : Sanitasi
yang adekuat dan higiene perorangan yang baik akan menurunkan tranksmisi HAV.
Vaksin inaktif telah tersedia untuk perlindungan secara aktif. Individu dapat
secara pasif terlindungi dengan menggunakan imunoglobolin.
b) Virus
Hepatitis B (HBV)
Dari beberapa penyakit
akibat virus hepatitis, virus hepatitis B memperoleh perhatian lebih besar
secara global. Hepatitis B merupakan penyakit menular yang serius dan umum dari
hati. Merupakan anggota dari famili hepadnaviridae,
virus DNA berukuran kecil beruntai ganda parsial 3,2 kb yang mengkode tiga
protein permukaan, yaitu antigen permukaan (HbsAg), Antigen inti (HbcAG),
protein pra inti (HbeAg), protein polimerase aktif yang besar, dan protein
transaktivator.
Epidemiologi : Virus
hepatitis B tersebar ke seluruh dunia, dengan lebih dari 200 carrier. Sekitar
10 % pasien hepatitis B akut akan menjadi kronis. Inseden bervariasi berbanding
terbalik dengan usia sekitar 90 % pada neunatus dan < 10 % pada orang dewasa
akan mengalami hepatitis B kronis.
Patogenesis : HBV
ditransmisikan melalui rute parenteral (melalui darah dan produk darah),
kongenital, dan seksual. Secara vertikal melalui pasase di jalan lahir (ini
merupakan cara penularan di afrika dan asia). Masa tunas 50-180 hari. Replikasi
virus hepar menyebabkan lisis hepatosit oleh sel T sitotoksik.
Kerusakan hepar pulih
dalam 8-12 minggu pada ≥ 90% kasus ; menjadi carrier kronis (HBsAg menetap >
6 bulan). 95% bayi baru lahir dari ibu carrier ini akan menjadi carrier jika
tidak di obati. Penyakit yang di sebabkan oleh HBV adalah Hepatitis akut,
kronis, dan fulminan; sirosis hepatis; dan karsinoma hepatoseluler.
Diagnosis : tes
serologis dilakukandengan immunoassay untuk mendeteksi HBcAg, HBeAg, dan
antibodi terhadap HBcAg (IgM dan IgG), anti HBsAg; deteksi asam nukleat.
Terapi : interferon-α,
lamivudin, atau adefovir.
Pencegahan ;vaksin
HBV. Imunoglobulin HBV untuk profilaksi pascapajanan dan neonatus dari ibu
carrier. Tidak ada terapi spesifik antiviral untuk hepatitis B akut. Pencegahan
dengan melakukan pemeriksaan penyaring terhadap donor darah produk darah,
pemakaian alat dan jarum sekali pakai, serta sterilisasi yang efisien terhadap
instrumen medis. Tersedia vaksin HBsAg rekombinan dan perlu diberikan kepada
kelompok berisik, terutama petugas kesehatan. Imunoglobulin spesifik (imunisasi
pasif) dapat diberikan kepada orang yang belum memiliki kekebalan namun
terpajan HBV (misal: pada luka tertusuk jarum suntik) dan kepala bayi yang
lahir dari ibu dengan HbeAg positif
(carrier).
c) Virus
Hepatitis C (HCV)
HCV adalah virus RNA
yang masih berhubungan dengan genus pestivirus dari famili flaviviridae dengan
diameter 4-50 nm. Terdapat variabilitas genom yang tertinggi dengan sedikitnya
enam genotip berbeda (paling tidak terdapat enam 1-6) dan beberapa subtipe.
Epidemiologi :HCV
terdapat diseluruh dunia. Prevalensi antibodi bervariasi antara < 1 % di AS
dan Eropa barat dan 2% di italia bagian selatan, Spanyol, dan Eropa Tengah.
Angka prevalen yang lebih tinggi, hingga 20%, terdeteksi di Mesir. Angka
prevalensi yang tinggi juga di jumpai pada para pemakai narkoba intravena.
Patogenesis :HCV
memiliki patogenesis serupa dengan HBV; tetapi, berbeda dengan HBV infeksi
meningkat menjadi hepatitis kronis pada 60-80% kasus.
Masa tunas 2-6 bulan.
Sebagian besar inveksi tidak menimbulkan gejala (80%) dan kasus simtomatis
hepatitis yang terjadi biasanya ringan
Diagnosis : ditegakkan
dengan pemeriksaan serologi yaitu EIA untuk
mendeteksi antibodi
HCV dan dengan metode deteksi asam nukleat.
Terapi : interferon-α
dan ribavirin.
Pencegahan :
prinsipnya sama dengan pencegahan HBV.
d) Virus
Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis D
adalah sebuah virus RNA cacat yang dapat bereplikasi hanya pada sel yang
terinveksi HBV.
Epidemiologi :
tersebar di seluruh dunia. Prevalensi tinggi di daerah
mediterania, afrika,
amerika selatan, jepang, dan Timur tengah. Virus ini jugamemiliki cara
penularan dan kelompok resiko yang sama dengan yang dijumpai pada HBV.
Patogenesis : infeksi
berupa ko-infeksi bersama HBV.
Diagnosis : serologi
(EIA) dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dan antigen HDV.
Pencegahan : Vaksin
HBV
e) Virus
Hepatitis E (HEV)
Morfologi, ukuran dan
susunan genom mirip calicivirus tetapi virus ini blm diklasifikasikan
tersendiri. Serotipe tunggal.
Epidemiologi :endemis
di sub komtinen india, asia tenggara, timur tengah, afrika utara, dan amerika
tengah. Sumber ledakan kasus adalah air dan makanan yang tercemar. Di negara
maju kasus sporadis ditemukan pada pelancong yang baru kembali dari daerah endemis.
Patogenesis :
penularan melalui fecal-oral dan melalui transfusi darah di
negara endemis
(jarang). Masa tunas 6 minggu. Infeksi memicu pembentukan antibodi IgM dan IgM
spesifik. Penyakit yang disebabkan oleh HEV yaitu hepatitis akut swasirna tanpa
tanda-tandainfeksi kronis. Angka kematian tinggi (10-20%) pada wanita hamil.
Diagnosis : serologi;
deteksi asam nukleat.
2. Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
Merupakan anggota
subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA berselubung. Dengan
diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem
kekebalan manusia sepertisel TCD4+ (sejenissel T),
makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA
polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase).
Terdapat 2 tipe yaitu:
HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.
Epidemiologi : sejak
tahun 1981 telah terjadi penyebaran HIV ke seluruh dunia.
Perkiraan prevalensi
diseluruh dunia sangat bervariasi. Kelompok utama yang
berisiko terinfeksi
HIV adalah: Homoseksual, Pemakai narkoba intravena, Penderita Hemofilia dan
penerima transfusi darah. Orang yang sering berganti pasangan seksual, anak
yang lahir dengan ibu yang terinveksi HIV, kontak heteroseksual denganorang
yang terinfeksi.
Patogenesis :HIV
secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+
dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T
CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ permikroliter(μL) darah,
kekebalan selular hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS.
Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya
gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi berdasarkan jumlah
sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu. AIDS merupakan bentuk
terparah akibat infeksi HIV. Setelah infeksi primer, berlangsung fase infeksi
asimtomatik selama 2-15 tahun. Selama periode ini terjadi produksi HIV dalam
jumlah besar dan menurun jumlah limfosit. Penyakit yang diakibatkan oleh HIV,
AIDS ditandai oleh penyakit berat akibat infeksi generalisasi oleh bakteri,
virus, jamur, protosoa bahkan tumor.
Diagnosis : deteksi
antigen dan antibodi HIV-spesifik melalui tes aglutinasi partikel pasif (PPAT),
EIA, dan western blot (WB). Teknik molekular untuk mendeteksi HIV, perhitungan
jumlah virus (viral load), dan penemuan resistensi obat telah menjadi bagian
yang penting dalam diagnosis dan penganan klinis pasier.
Terapi : terdapat
beberapa kelas obat antiretroviral untuk mengobati untuk
mengobati yaitu:
nucleoside reverse transscriptase inhibitor (misal : zidovudin, lamivudin),
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (misal: nevarapin dan delavirdin),
inhibitor protease (misal indinavir, retonavir), dan inhibitor fusi (T-20 enfuvirtide).
Kombinasi tiga jenis obat (highly active antiretroviral therapy atau HAART)
adalah terapi baku yang telah di terima.
Pencegahan dan
pengendalian: belum ada obat antivirus HIV. Belum ada vaksin, pemeriksaan untuk
semua donor darah dan donor organ, kampanye informasi, program gantian jarum
dan pemakaian kondom.
3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya
dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk dalam
famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter
nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion
kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal
, panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein
non structural, yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode
sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung
(Envelope).
Virus dengue mempunyai
4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Masing-masing tipe
mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal
virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia
Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat
ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk
Aedes aegyptidan Aedes
albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes
(manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta
serangga khususnya nyamuk).
Kontrol dan pencegahan
virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk dengan menguras
atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa
dengan insektisida.
Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina
dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.
4. Virus Polio
Virus polio merupakan
penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-anak
kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung, serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan
pulih,namun dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat
permanen dan kematian. Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang
ke orang,terutama melalui rute dari tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui
rute mulut dan akhirnya menyerang sistem saraf pusat. Masa inkubasi 7-14 hari,
dengan kurun waktu antara 3-35 hari.
Orang yang diduga
terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan
isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.
Pencegahan yang
efektif dapat dilakukan dengan Vaksinasi.Terdapat dua jenis vaksin polio: Vaksin
Polio Oral(OPV) yang diberikan melalui mulutdan Vaksin Polio Inaktivasi(IPV)
yang diberikan melalui suntikan.
5. Paramyxovirus
Virus RNA berselubunga
berbentuk bulat atau pleomorfik, berdiameter 150-300 nm, genom tidak bersegmen.
Memiliki 4 genus yaitu: pneumovirus , paramyxovirus (parainfluenzavirus tipe
1-4), rubulavirus (virus mumps), mobillivirus (virus campak).
a) Pneumovirus
(Respiratory syncytial virus (RSV)
Penyakit yang
disebabkan oleh virus ini adalah : bronkiolitis. Tersebar diseluruh dunia;
aktivitas meningkat selama musim dingin di bagian dunia
beriklim dingin dan di
sepanjang tahun di daerah yang lebih panas.
Menginfeksi >50%
bayi berusia <1 tahun. Penularan terjadi melalui aerosol
partikel besar atau
benda bergerak; masa tunas 2-8 hari, menginfeksi epitel traktus respiratorius
atas dan kemudian menyebar ke seluruh traktus respiratori bawah.
b)
Virus parainfluenza
Virus para-influenza
merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan
penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk
virusinfluenzabukan
penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran pernafasan kecuali
hanyaepidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus influenza merupakan
penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada
saluran nafas bagian bawah.
c)
Virus campak
Campak yang disebut
juga dengan measlesatau rubeolamerupakan suatu
penyakit infeksi akut
yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus
yang pada umumnya
menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui
percikan liur (droplet) yang terhirup . Virus campak sangat sensitif terhadap
temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius
atau bila dimasukka n ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka
infektivitasnya akan hilang. Gejalagejala eksantem akut, demam, kadang kataral
selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti
erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari
kulit. Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi
anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang
kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai
proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak
yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih
kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang
telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.
d)
Virus mumps
Mumps virus adalah RNA
virus yang termasuk dalam genusRubulavirus. Virus ini merupakan virus yang
memiliki amplop dan padasepanjang permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang
terlihat menyerupaipaku-paku yang besar.
Penyakit akibat
infeksi dari mumps virus adalahpenyakit beguk, yang dalam bahasa Inggrisnya
disebut mumps.Virus ini akan menyerang kelenjar air liur
(kelenjar
parotid).Gejala yang paling umum apabila seseorang terinfeksi
mumps virus adalah
pembengkakan pada kelenjar parotid, panas tinggi, dan sakit pada saat menelan.
Perawatan dapat dilakukan dengan cara memberi Paracetamol atau Acetaminophen
pada anak yang menderita gejala demam.
Penyakit beguk atau
mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Nama imunisasi untuk mencegah
infeksi mumps virus adalah MMR (untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan
Rubella).
Penyakit beguk / mumps
dapat menular dari satu orang ke orang lainnyamelalui dropletludahatau kontak
langsung dengan bahan yang terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi. Orang
yang sudah pernah terinfeksi mumps virustidak akan terinfeksi untuk kedua
kalinya. Hal ini karena mumps virus hanya memilliki satu jenis antigen
virusyang dapat menyerang korbannya.
6. Virus Rabies
Virus rabies adalah
single strandedRNA, berbentukseperti peluru berukuran 180 x 75 μm. Sampai saat
inisudah dikenal 7 genotip Lyssavirus dimana genotip 1 merupakan penyebab
rabies yang paling banyak di dunia.Virus ini bersifat labil dan tidak viable
bila berada diluarinang. Virus menjadi tidak aktif bila terpapar sinarmatahari,sinar
ultraviolet, pemanasan 1 jam selama 50menit, pengeringan, dan sangat peka
terhadap pelarutalkalis seperti sabun, desinfektan, serta alcohol 70%.Reservoirutama rabies adalah anjing
domestik.
Rabies yaitu penyakit
zoonosis yang disebabkan oleh virus RNA dari genus Lyssavirus, famili
Rhabdoviridae,virus berbentuk seperti peluru yang bersifat neurotropis,menular
dan sangat ganas. Reservoir utama rabies adalah anjing domestik. Sebagian besar
kasus (98%) disebabkanoleh gigitan anjing, sedangkan sisanya oleh hewan
lainseperti monyet dan kucing. Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat
manusia danmamalia. Penyakit ini sangat ditakuti karena prognosisnyasangat
buruk. Pada pasien yang tidak divaksinasi, kematianmencapai 100%. Di Indonesia,
sampai tahun 2007, rabiesmasih tersebar di 24 propinsi, hanya 9 propinsi
yangbebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, KepulauanRiau, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, NTB, Bali, Papua Barat dan Papua.
7. Virus Herpes
Simpleks (HSV)
Virus Herpes Simpleks
adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai
dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe
virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu : -HSV-Tipe I (Herpes
Simplex virus Type I), HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II).HSV-Tipe I
biasanya menginfeksi daerahmulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe II
biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes). HSV-1
menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2atau herpes genital ditularkan melalui
hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi
cairan yang terasa
nyeri pada membranmukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti
bercak dengan luka. Pada pasien mungkinmuncul iritasi, penurunan kesadaran yang
disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas
atau kejang.
Penyebaran terjadi
melalui kontak langsung (rute utama penularan (HSV-2) adalah melalui aktivitas
seksual). Masa tunas bervariasi (2-12 hari).
8. Virus
Varisela-Zoster (VZV)
Merupakan virus DNA
terselubung, berdiameter 150-200 nm. Menyebabkan penyakit cacar air. Virus ini
tersebar di seluruh dunia. Infeksi di peroleh secara dini pada masa
kanan-kanak. Penyebaran melalui droplet atau kontak langsung dengan cairan
vesikel. Masa tunas 2 minggu dengan rentang 7-23 hari. Virus masuk melalui
traktus respiratorius diikuti oleh viremia dan ruam generalisata (cacar air).
Pencegahan pasif dengan imunoglobolin zoster (ZIG) untuk melindungi kelompok seronegatif yang berisiko mengalami
infeksi VZV, yaitu wanita hamil dan pasien dengan gangguan imunitas. Pencegahan
pasif dengan virus yang dilemahkan.
9. Virus Influenza
tipe A
Merupakan penyebabkan
penyakit flu burung, salah satu virus yang harus diwaspadai yaitu dengan tipe
H5N1 (H = Haemagglutinin, N= neuramidase). Virus ini selain dapat menular dari
burung ke burung, ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia. Virus ini
termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22oC. Virus akan mati pada pemanasan 60oC selama 30
menit atau 56oC selama 3 jam, dengan detergent, desinfektan misal formalin,
serta cairan yang mengandung iodine.
Daur Litik dan Daur Lisogenik
Struktur Virus T
Penggunaan Masker Untuk antisipasi Virus SARS
Penderita AIDS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar