VIRUS
Virus adalah
struktur sederhana berukuran ultra mikroskopik yang terbuat dari
potongan-potongan bahan genetik (DNA atau RNA) yang dikelilingi oleh selimut
protein. Kata virus berasal dari bahasa Latin virion yang
berarti ‘racun’. Cabang biologi yang mempelajari tentang virus adalah virologi.
Hampir semua “virus”
menimbulkan penyakit pada makhluk hidup lain. Virus digolongkan ke dalam
kingdom tersendiri karena sifatnya. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron. Setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa, dapat terserang
virus. Beberapa penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus adalah
influenza, batuk, pilek, tifus, gondong, cacar air, herpes, AIDS, dan
hepatitis.
A. Ciri-Ciri
Virus
Virus mempunyai
sifat-sifat yang membedakannya dari mikroorganisme yang lain, yaitu:
- Dalam tubuh virus terkandung salah satu asam
nukleat, DNA atau RNA saja;
- Dalam proses reproduksinya, hanya diperlukan asam
nukleat;
- Berukuran sangat kecil sekitar 20 – 300
milimikron;
- Virus tidak memiliki kemampuan untuk memperbanyak
diri di luar sel-sel hidup, dapat dikatakan virus bukanlah makhluk hidup
yang mandiri, melainkan makhluk hidup yang memanfaatkan sel-sel hidup
untuk memperbanyak diri;
- Multiplikasi terjadi pada sel-sel hospes;
- Dapat dikristalkan (sebagai benda tak hidup) dan
dapat dicairkan kembali.
B. Struktur Virus
1. Bentuk Virus
Virus dapat
berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan dapat juga berbentuk bulat.
Virus memiliki struktur yang sangat sederhana. Virus hanya terdiri dari materi
genetik berupa DNA atau RNA yang dikelilingi oleh suatu protein pelindung yang
disebut kapsid. Kapsid dibangun oleh subunit-subunit yang identik satu sama
lain yang disebut kapsomer. Bentuk kapsomer-kapsomer ini sangat simetris dan
suatu saat dapat mengkristal. Pada beberapa virus, seperti virus herpes dan
virus influenza, dapat pula dilengkapi oleh sampul atau envelope dari
lipoprotein (lipid dan protein). Pembungkus ini merupakan membran plasma yang
berasal dari sel inang virus. Suatu virus dengan materi genetik yang terbungkus
oleh pembungkus protein disebut partikel virus atau virion.
Virus bukan sel atau
makhluk hidup karena tidak memiliki sitoplasma dan organel sel tidak melakukan
metabolisme serta berukuran sangat kecil sehingga tidak mungkin memiliki
struktur sel.
2. Bagian Tubuh
Virus
Bentuk virus
(bakteriofag) terdiri dari kepala, selubung, dan ekor. Kepala berbentuk
heksagonal, terdiri dari kapsomer yang mengelilingi DNA-nya. Satu unit protein
yang menyusun kapsid disebut kapsomer. Selubung ekor berfungsi sebagai
penginfeksi. Serabut-serabut ekor terdapat di dasar selubung ekor, berfungsi
sebagai penerima rangsang.
Selain virus
influenza, inti virus hanya terdiri dari satu rangkaian asam nukleat. Satu
rangkaian asam nukleat mengandung 3.500 sampai 600.000 nukleotida.
Deoxyribonucleid Acid (DNA) dan Ribonucleid Acid (RNA) adalah substansi genetik
yang membawa kode pewarisan sifat virus. Berdasarkan penyusun intinya, virus
dibedakan menjadi virus DNA dan virus RNA. Contoh virus DNA adalah virus cacar.
Contoh virus RNA adalah virus influenza dan HIV.
3. Ukuran Virus
Virus berukuran
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Ukuran virus sekitar 20–300 milimikron, jauh lebih kecil dari ukuran bakteri,
yaitu 10 mikron.
Untuk membuktikan
bahwa ukuran virus sangat kecil, Iwanovski dan M. Beijerinck melakukan
eksperimen dengan penyaringan. Ternyata virus tetap lolos dari saringan
keramik, serangkan bakteri tersaring karena ukurannya lebih besar daripada
virus.
C. Cara Hidup
Virus
Virus tidak dapat
berdiri sendiri atau hidup bebas di alam ini. Virus hidup secara parasit pada
bakteri, tumbuhan, hewan, dan manusia.
1. Virus Bakteri
Tidak ada satu
bakteri pun yang tidak mengandung virus. Virus yang menginfeksi bakteri adalah
bakteriofag. Bakteriofag dapat berkembang cepat sehingga dalam waktu yang
singkat dapat menghancurkan sejumlah bakteri. Bakteriofag memiliki inti asam
nukleat berbentuk DNA ganda berpilin atau tunggal berpilin atau RNA rantai
tunggal. Contoh bakteriofag adalah E. coli.
2. Virus
Tumbuh-tumbuhan
Sebagian besar
penyakit pada tumbuh-tumbuhan disebabkan oleh virus. Serangan virus ini dapat
mengakibatkan kerugian secara ekonomi yang sangat besar, misalnya, virus yang
menyerang tanaman kentang dan tembakau.
Virus ini dapat
memasuki bagian dalam sel secara aktif atau dapat melalui cedera, misalnya,
cedera akibat gosokan pada daun. Di alam virus ditularkan secara kontak
langsung atau melalui vektor. Sejumlah besar virus dapat juga ditularkan
melalui serangga. Virus sering memperbanyak diri di dalam saluran pencernaan
serangga (virus persisten). Virus dapat menginfeksi tumbuhan lain setelah
terjadi masa inkubasi di dalam serangga. Sementara itu, virus yang tidak
persisten dapat ditularkan melalui gigitan serangga secara langsung.
3. Virus Patogen
pada Hewan
Bahan genetik virus
hewan adalah DNA ganda berpilin atau RNA polinukleotida tunggal. Virus dapat
menimbulkan penyakit rabies (anjing gila), sampar pada ayam, ebola pada kera,
dan penyakit kuku pada ternak. Virus ini dapat ditularkan secara kontak
langsung atau melalui perantara serangga. Untuk penelitiannya, diperlukan hewan
percobaan atau telur ayam yang sudah dierami. Selain itu, virus juga dapat
diperbanyak dengan kultur jaringan. Perbanyakan ini dapat dilakukan di
laboratorium.
4. Virus yang
Menyerang Manusia
Virus yang menyerang
manusia, antara lain, virus cacar air, cacar, campak, influenza, polio, mata
belek, hepatitis, demam berdarah, diare, HIV AIDS, dan virus AI. Virus pada
manusia dapat ditularkan secara kontak langsung maupun tidak langsung. Mata
belek, influenza, dan cacar dapat ditularkan secara kontak langsung atau lewat
udara. Hepatitis dan polio dapat ditularkan melalui air sumur yang tercemar dan
sendok atau piring bekas penderita ataupun keringat penderita. Demam berdarah
dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sementara
itu, virus HIV AIDS dapat ditularkan melalui jarum suntik, air ludah, transfusi
darah, air susu, plasenta ibu hamil pada janinnya, hubungan kelamin, serta
cairan vagina dan sperma.
D.
Perkembangbiakan Virus (Replikasi Virus)
Virus selalu
memanfaatkan sel-sel hidup sebagai inang untuk memperbanyak dirinya. Replikasi
terjadi di dalam sel inang. Untuk dapat mereplikasi asam nukleat dan
mensintesis protein selubungnya, virus bergantung pada sel-sel inang. Replikasi
ini menyebabkan rusaknya sel inang. Setelah itu, virus akan keluar dari sel
inang. Di luar sel inang, virus disebut sebagai partikel virus yang disebut
virion.
Ada beberapa tahapan
dalam replikasi virus, yaitu tahap adsorpsi (penempelan) virus pada inang,
tahap injeksi (masuknya) asam inti ke dalam sel inang, tahap sintesis
(pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pemecahan sel inang).
Berdasarkan tahapan tersebut, siklus hidup virus dapat dibedakan lagi menjadi
siklus litik dan siklus lisogenik.
1. Siklus
Litik
a. Tahap Adsorpsi
Pada tahap ini, ekor
virus mulai menempel di dinding sel bakteri. Virus hanya menempel pada dinding
sel yang mengandung protein khusus yang dapat ditempeli protein virus.
Menempelnya virus pada dinding sel disebabkan oleh adanya reseptor pada ujung
serabut ekor. Setelah menempel, virus akan mengeluarkan enzim lisozim yang
dapat menghancurkan atau membuat lubang pada sel inang.
b. Tahap Injeksi
Proses injeksi DNA
ke dalam sel inang ini terdiri atas penambatan lempeng ujung, kontraksi sarung,
dan penusukan pasak berongga ke dalam sel bakteri. Pada peristiwa ini, asam
nukleat masuk ke dalam sel, sedangkan selubung proteinnya tetap berada di luar
sel bakteri. Jika sudah kosong, selubung protein ini akan terlepas dan tidak
berguna lagi.
c. Tahap Sintesis
(Pembentukan)
Virus tidak dapat
melakukan sintesis sendiri, tetapi virus akan melakukan sintesis dengan
menggunakan sel inangnya. Setelah asam nukleat disuntikan ke dalam sel inang,
segera menimbulkan perubahan-perubahan besar pada metabolisme sel yang
terinfeksi (sel inang atau bakteri). Enzim penghancur yang dihasilkan oleh
virus akan menghancurkan DNA bakteri yang menyebabkan sintesis DNA bakteri
terhenti. Posisi ini digantikan oleh DNA virus yang kemudian mengendalikan
kehidupannya. Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya, DNA
virus akan mereplikasi diri berulang kali dengan jalan mengopi diri dalam
jumlah yang sangat banyak. Sintesis DNA virus dan protein terbentuk atas
kerugian sintesis bakteri yang telah rusak. DNA virus ini kemudian akan
mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan dijadikan kapsid virus.
d. Tahap
Perakitan
Pada tahap ini,
kapsid virus yang masih terpisah-pisah antara kepala, ekor, dan serabut ekor
akan mengalami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh. Kemudian, kepala yang
sudah selesai terbentuk diisi dengan DNA virus. Proses ini dapat menghasilkan
virus sejumlah 100-200 buah.
e. Tahap Litik
Dinding sel bakteri
yang sudah dilunakkan olen enzim lisozim akan pecah dan diikuti oleh pembebasan
virus-virus baru yang siap untuk mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan
sel-sel bakteri secara eksplosif dapat diamati dengan mikroskop lapangan gelap.
Jangka waktu yang dilewati lima tahap ini dan jumlah virus yang dibebaskan
sangat bervariasi, tergantung dari jenis virus, bakteri, dan kondisi
lingkungan.
2. Siklus
Lisogenik
a. Tahap Adsorpsi
dan Tahap Injeksi
Tahap adsorpsi dan
tahap injeksi pada siklus lisogenik sama seperti tahap adsorpsi dan tahap
injeksi siklus litik.
b. Tahap
Penggabungan
Tahap ini adalah
tahap ketika DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri dan terjadinya
penggabungan antara DNA bakteri dan DNA virus. Proses ini terjadi ketika DNA
yang berbentuk kalung tak berujung pangkal terputus dan DNA virus menyisip di
antara DNA bakteri yang terputus tadi. Kemudian, terbentuklah rangkaian DNA
yang utuh yang telah terinfeksi atau tersisipi DNA virus.
c. Tahap
Pembelahan
DNA virus telah
tersambung dengan DNA bakteri. DNA virus tidak dapat bergerak atau disebut
sebagai profag. Karena bergabung dengan DNA bakteri, ketika DNA bakteri
melakukan replikasi selnya secara langsung, profag juga melakukan replikasi.
Demikian juga ketika sel bakteri mengalami pembelahan, secara langsung dua anak
sel bakteri yang mengandung profag tersebut juga ikut mengalami pembelahan.
Dengan kata lain, jumlah profag sama dengan jumlah sel bakteri inangnya.
d. Tahap Sintesis
Pada kondisi
lingkungan tertentu, profag menjadi aktif. Profag dapat saja memisahkan diri
dengan DNA bakteri dan merusak DNA bakteri. Kemudian menggantikan peran DNA
bakteri dengan DNA virus untuk sistesis protein yang berfungsi sebagai kapsid
bagi virus-virus baru dan replikasi DNA.
e. Tahap
Perakitan
Pada tahap ini,
terjadi perakitan kapsid-kapsid virus yang utuh sebagai selubung virus. Setelah
kapsid virus utuh, diisi dengan DNA hasil replikasi, terjadilah virus-virus
baru.
f. Tahap Litik
Tahap ini sama
dengan tahap litik pada siklus litik saat dinding bakteri akan pecah dan virus
baru berhamburan keluar. Virus baru ini selanjutnya akan menyerang bakteri yang
lain. Begitu seterusnya, virus akan mengalami siklus litik atau lisogenik.
E. Peran Virus
dalam Kehidupan
Virus umumnya
merugikan dan menyebabkan penyakit pada berbagai organisme lainnya. Organisme
yang diserang meliputi hewan, manusia, tumbuhan, dan mikroorganisme. Dalam
kehidupan ini, virus memiliki peran yang menguntungkan dan merugikan.
a. Peran Virus
yang Menguntungkan
Virus yang
menguntungkan dimanfaatkan oleh manusia dalam dunia kedokteran. Contohnya,
digunakan dalam pembuatan vaksin. Vaksin merupakan bahan yang dapat menimbulkan
reaksi imun (kekebalan) pada organisme yang disuntikkan vaksin. Vaksin dapat
berupa virus yang dilemahkan atau bagian dari virus tersebut. Contohnya, vaksin
polio. Vaksinasi ini berfungsi mencegah penyakit polio, yakni suatu kelainan
pada tulang yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
b. Peran Virus
yang Merugikan
Virus yang merugikan
ini umumnya menyebabkan berbagai macam penyakit pada organisme lain. Virus ini
menyerang manusia, hewan, dan tumbuhan.
1. Virus yang
Menyerang Manusia
Virus yang menyerang
manusia biasanya menyebabkan penyakit. Contohnya, HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yang menyebabkan AIDS; virus H5N1 penyebab flu burung; virus ebola yang
menyebabkan penyakit ebola; virus hepatitis yang menyebabkan penyakit hati atau
hepatitis; dan virus influenza.
2. Virus yang
Menyerang Hewan
Contoh penyakit pada
hewan yang disebabkan oleh virus adalah rabies yang disebabkan rhabdovirus
(Gambar 2.8). Virus rabies pada hewan ditunjukkan dengan gejala hewan menjadi
agresif, gelisah, dan hilang kontrol. Hewan yang biasa diserang oleh virus ini
adalah kucing, anjing, dan monyet. Hewan yang terjangkit, jika menggigit
manusia dapat menularkan penyakit rabies pada manusia. Contoh lainnya adalah
penyakit tetelo pada ayam yang disebut juga New Castle Disease (NCD). Gejalanya
adalah mencret pada ayam.
3. Virus yang
Menyerang Tumbuhan
Contoh virus yang
menyerang tumbuhan adalah virus tungro. Virus ini menyerang tanaman padi. Padi
ini diserang oleh virus yang menyebabkan padi menjadi kerdil. Contoh lainnya
adalah virus mosaik atau Tobacco mosaic virus (TMV) yang menyebabkan penyakit
mosaik pada daun tembakau.
ARCHAEBACTERIA
DAN EUBACTERIA
Merupakan kelompok
organisme bersel tunggal (uni seluler) dan tidak memiliki membran inti sel atau
disebut prokariotik (dalam bahasa Yunani moneresberarti
“tunggal”). Organisme prokariotik berada dalam satu kingdom Monera. Ada
dua kelompok besar organisme prokariotik
yaitu Archaeobacteria dan Eubacteria. Contoh organisme
prokariotik adalah bakteri.
A. Eubacteria (Bakteri)
A. Eubacteria (Bakteri)
Organisme
prokariotik merupakan organisme yang paling banyak di bumi. Bahkan, jumlah
organisme prokariotik yang berada di mulut, kulit, atau segumpal tanah jauh
melebihi jumlah manusia di bumi. Selain jumlahnya paling banyak, organisme
prokariotik merupakan organisme yang paling mudah berkembangbiak dan
memperbanyak diri. Anggota terbesar kelompok organisme prokariotik adalahbakteri.
1. Struktur dan
Bentuk Bakteri
Sel bakteri
berukuran sangat kecil dan bentuknya sederhana. Rata-rata panjangnya antara 2 –
10 mikrometer dan diameternya antara 0,1 – 2 mikrometer. Sel bakteri merupakan
sel prokariotik (belum memiliki membran nukleus) yang dilingkupi oleh membran
sel dan dinding sel yang kaku. Beberapa jenis bakteri mempunyai flagella dan
pili pada permukaan selnya.
a. Bentuk Bakteri
- Basil
Sel bakteri basil berbentuk silindris seperti batang. Ujung sel bervariasi seperti persegi, bundar, meruncing, dan sebagainya. Pola penataan sel bakteri bentuk basil adalah sebagai berikut. - Monobasilus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk
basil yang hidup soliter.
- Diplobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berpasangan
dua-dua.
- Streptobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berkoloni
memanjang membentuk rantai.
- Kokus
Sel bakteri kokus berbentuk seperti bola, yang memiliki beberapa pola penataan. - Monokokus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk
kokus yang hidup sendiri.
- Diplokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berpasangan
dua-dua yang saling melekat.
- Tetrakokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan
pada setiap kelompok terdiri dari empat sel yang saling melekat.
- Streptokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkoloni
saling berikatan memanjang seperti rantai.
- Sarkina, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan
saling berikatan dengan penataan seperti kubus.
- Stafilokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok
dengan pola penataan yang tidak teratur, atau menyerupai gerombolan buah
anggur.
- Spirilum
Bakteri spirilum berbentuk panjang dan lengkung menyerupai spiral, berkelok, atau melengkung. Biasanya bakteri bentuk ini hidup soliter, tidak membentuk koloni. Meskipun bentuk dasarnya sama, tiap jenis bakteri spirilum mempunyai perbedaan dalam hal panjang, jumlah lekukan, panjang lekukan, dan kerapatan lekukan
b. Flagela dan
Pili
Beberapa jenis
bakteri mempunyai flagela yang kecil, kaku, dan berpilin yang dapat digunakan
untuk berpindah tempat dengan gerakan berenang. Flagela bakteri panjangnya
berkisar antara 3 – 12 nanometer, dengan diameter antara 10 – 20 nanometer.
Tidak semua bakteri mempunyai flagela, umumnya hanya bakteri bentuk basil dan
spirilum yang memilikinya. Berdasarkan letak flagelanya, bakteri dibedakan
menjadi 5 kelompok.
- Atrik, yaitu bakteri yang tidak mempunyai
flagela.
- Monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai satu buah
flagela.
- Lofotrik, yaitu bakteri yang mempunyai sekelompok
flagela pada salah satu ujung sel.
- Amfitrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagela
pada dua ujung sel, baik flagela tunggal maupun berkelompok pada setiap
ujung selnya.
- Peritrik, yaitu bakteri yang seluruh permukaan
sel dikelilingi oleh flagela.
Beberapa bakteri,
misalnya Escherichia coli dan Neisseria gonorrhoeae mempunyai
bentuk seperti flagela pendek dan lurus yang disebut pili. Pili (disebut juga
fimbria) berukuran lebih pendek dari flagela, panjangnya hanya beberapa
mikrometer dengan diameter yang lebih kecil dan bentuk yang lebih lurus
dibandingkan flagela. Pili umumnya hanya ditemukan pada bakteri gram negatif.
Pili berguna sebagai alat bantu bakteri untuk menempel di berbagai permukaan,
termasuk pelekatannya pada jaringan hewan atau tumbuhan yang ditempeli. Pada
sel-sel bakteri yang melakukan konjugasi (pertukaran materi genetik), pertukaran
ADN antara dua sel terjadi melalui pili khusus yang disebut pili seks.
c. Kapsul
Beberapa jenis
bakteri seperti Penumococcus (penyebab penyakit pneumonia)
selnya dikelilingi oleh lapisan lendir kental yang disebut kapsul. Ketebalan
kapsul bervariasi dari sangat tipis hingga sangat tebal. Kapsul dibuat di dalam
sitoplasma dan dikeluarkan melewati dinding sel. Kapsul biasanya tersusun atas
polimer karbohidrat sederhana. Selain sebagai pelindung kapsul juga berfungsi
sebagai cadangan makanan. Pada bakteri patogen seperti Streptococcus
pneumoniae, kapsul berhubungan dengan sifat patogenitasnya. Bakteri yang
kehilangan kapsulnya akan kehilangan kemampuan untuk menginfeksi.
d. Dinding Sel
Sel bakteri dibatasi
oleh membran sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel bakteri berbeda dengan
dinding sel
tumbuhan, karena tidak mengandung selulosa dan susunannya lebih rumit. Tebal dinding sel bakteri umumnya
berkisar antara 10 – 35 nanometer. Adanya dinding sel menyebabkan bentuk sel bakteri selalu tetap. Dinding sel
bakteri tersusun atas peptidoglikan atau mukopeptida, yaitu polisakarida yang berikatan dengan protein. Bakteri gram positif dinding selnya cukup tebal, terdiri dari satu lapis yang banyak mengandung peptidoglikan dan asam tekoat. Bakteri gram negatif dinding selnya lebih tipis, terdiri atas 3 lapis dengan lapisan tengah berupa peptidoglikan dan tidak mengandung asam tekoat.
tumbuhan, karena tidak mengandung selulosa dan susunannya lebih rumit. Tebal dinding sel bakteri umumnya
berkisar antara 10 – 35 nanometer. Adanya dinding sel menyebabkan bentuk sel bakteri selalu tetap. Dinding sel
bakteri tersusun atas peptidoglikan atau mukopeptida, yaitu polisakarida yang berikatan dengan protein. Bakteri gram positif dinding selnya cukup tebal, terdiri dari satu lapis yang banyak mengandung peptidoglikan dan asam tekoat. Bakteri gram negatif dinding selnya lebih tipis, terdiri atas 3 lapis dengan lapisan tengah berupa peptidoglikan dan tidak mengandung asam tekoat.
e. Struktur Sel
Berbatasan dengan
dinding sel terdapat membran sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat beberapa
organel yang penting untuk kehidupan sel bakteri.
- Membran sitoplasma
Membran sel tersusun atas protein dan lemak seperti membran sel eukariotik. Pada tempat-tempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat tonjolan-tonjolan ke dalam membentuk struktur yang disebut mesosom. Adanya mesosom akan memperluas permukaan sel sebelah dalam. Pada mesosom terdapat banyak enzim, sehingga diperkirakan menjadi tempat pembentukan energi bagi bakteri. Mesosom juga berperan dalam sintesis dinding sel dan pembelahan sel. - Sitoplasma
Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya reaksi biokimiawi dalam metabolisme sel. Sitoplasma tersusun atas koloid yang berisi nutrien, inklusi, ribosom, enzim, dan ADN. Inklusi merupakan suatu kantong yang dibatasi membran serupa dengan membran sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil metabolisme. Terdapat beberapa jenis inklusi, misalnya inklusi yang berisi glikogen, volutin (suatu bentuk fosfat anorganik), dan lemak. - Spora dan Kista
Beberapa jenis bakteri menghasilkan spora, baik di luar sel (eksospora) maupun di dalam sel (endospora). Spora merupakan sel bakteri yang dorman (tidak aktif) yang terbentuk karena kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora ini tahan terhadap radiasi sinar ultraviolet, panas, dan kekeringan serta tahan terhadap bahan kimiawi seperti desinfektan. Jika kondisi lingkungan telah sesuai, spora akan berkecambah dan menghasilkan sel bakteri seperti sel asalnya. Contoh bakteri yang menghasilkan endospora adalah Bacillus dan Clostridium. Pada Azotobacter dan Bdellovibrio bila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, sel membentuk dinding yang lebih tebal dan menjadi dorman. Struktur seperti ini disebut kista.
2. Nutrisi dan
Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Untuk dapat hidup,
bakteri memerlukan nutrisi yang tepat. Semua sel bakteri membutuhkan sumber
karbon, nitrogen, belerang, fosfor, garam-garam anorganik (misalnya kalium,
magnesium, natrium, kalsium, dan besi), dan sejumlah mikronutrien (antara lain
seng, tembaga, mangan, selenium, tungsten, dan molibdenum dalam jumlah
sedikit). Terdapat dua jenis sumber karbon bagi bakteri, yaitu karbon yang
berasal komponen organik dan dari komponen anorganik.
Berdasarkan cara
memperoleh makanan (sumber karbon), bakteri dibedakan menjadi bakteri
heterotrof dan autotrof.
- Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrof memerlukan karbon yang berasal dari komponen organik. Bakteri jenis ini tidak dapat membuat senyawa organik dari substansi anorganik sederhana, jadi selalu hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain. Kelompok terbesar bakteri heterotrof adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang memperoleh zat organik dari penguraian sampah, bangkai, kotoran, dan sebagainya. Dalam proses penguraian itu dihasilkan CO2, H2O, energi, dan mineral-mineral. Kelompok bakteri heterotrof yang lain memperoleh makanan langsung dari organisme lain, disebut bakteri parasit. Bakteri parasit ditemukan pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri parasit yang menyebabkan penyakit disebut bakteri patogen, misalnya Bacillus antrachis yang menyebabkan penyakit antraks pada sapi. Beberapa jenis bakteri parasit tidak menimbulkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya dan disebut bakteri apatogen, misalnya Escherichia coli yang hidup di usus besar manusia.
- Bakteri Autotrof
Bakteri autotrof dapat menggunakan karbon anorganik atau karbon dioksida bebas (CO2) sebagai sumber karbon. Bakteri jenis ini dapat membuat senyawa organik dari zat-zat anorganik, jadi dapat menyusun makanan sendiri. Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis senyawa organik, bakteri autotrof dibedakan menjadi bakteri fotoautotrofdan bakteri kemoautotrof. Bakteri fotoautotrof menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa organik yang diperlukan melalui proses fotosintesis. Bakteri ini mempunyai klorofil yang disebut bakterioklorofil. Contohnya adalah bakteri sulfur hijau, bakteri sulfur ungu, dan bakteri nonsulfur ungu. Proses fotosintesis pada bakteri dilakukan secara anaerobik dan tidak dihasilkan oksigen. Bakteri kemoautotrof menggunakan energi kimia dari oksidasi molekul organik untuk menyusun makanannya. Molekul organik yang dapat digunakan oleh bakteri kemoautotrof adalah senyawa nitrogen, belerang, dan besi, atau dari oksidasi gas hidrogen. Dalam prosesnya bakteri ini membutuhkan oksigen. Contohnya adalah bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen.
Selain ketersediaan
nutrisi, bakteri juga memerlukan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
tumbuh optimum. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi aktivitas dan pertumbuhan
bakteri. Berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan
bakteri.
a. Oksigen
Reaksi biokimiawi
dalam proses metabolisme memerlukan energi yang dihasilkan melalui respirasi.
Dalam respirasi, ada bakteri yang memerlukan oksigen dan ada pula yang tidak
memerlukan oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dibedakan
menjadi tiga kelompok.
- Bakteria erob obligat
Bakteri aerob obligat memerlukan oksigen bebas dalam
proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang cukup tersedia
oksigen. Oksigen diperlukan untuk memecah bahan organik (zat makanan) sehingga
diperoleh energi. Bakteri jenis ini menyukai tempat hidup yang dapat
berhubungan dengan udara bebas. Contohnya adalah Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium tuberculosis, dan Thiobacillus
ferooxidans.
- Bakteri anaerob obligat
Bakteri anaerob obligat tidak memerlukan oksigen bebas
untuk melangsungkan proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat
yang tidak mengandung oksigen bebas. Untuk respirasinya, bakteri jenis ini
mempunyai enzim tertentu yang spesifik guna memecah bahan organik (menghasilkan
energi) dalam keadaan anarob.Contoh bakteri anaerob obligat adalah Clostridium
tetani, Methanobacterium, dan Bacteroides.
- Bakteri anaerob fakultatif
Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik
pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen yang rendah. Oksigen tidak
diperlukan dalam pembentukan energi, tetapi dapat memacu proses metabolisme,
sehingga keberadaan sedikit oksigen mengakibatkan proses respirasi lebih efisien
dibandingkan keadaan anaerob. Contohnya adalah Streptococcus pneumoniae,
Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
b. Suhu
Laju pertumbuhan
bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu. Dengan
demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum yang
dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda. Suhu optimum merupakan suhu
yang paling baik/sesuai untuk kehidupan suatu jenis bakteri.
Berdasarkan suhu
optimumnya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.
- Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada
suhu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. Contoh bakteri psikrofil
adalah Pseudomonas, Flavobacterium,Achromobacter,
dan Alcaligenes.
- Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada
suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C. Umumnya bakteri jenis ini hidup
di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan
baik pada suhu sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen
pada hewan merupakan bakteri mesofil.
- Bakteri termofil, dapat tumbuh pada
daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur optimumnya antara
55 – 60°C. Bakteri ini dijumpai pada sumber-sumber air panas, kawah gunung
berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus
aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.
c. Kelembapan
Bakteri dapat tumbuh
dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan lingkungan menjadi
kering, kegiatan
metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.
metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.
d. Tekanan
Osmosis
Sel bakteri
mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri
berada pada lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang
pekat) pertumbuhannya akan terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis,
yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel. Namun demikian beberapa jenis
bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula
yang tinggi. Bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi
disebut bakteri halofil, misalnya Halobacterium.
e. Derajat
Keasaman (pH)
Setiap jenis bakteri
menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini berkaitan dengan
batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar batas nilai optimum
menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu. Beberapa
jenis bakteri dapat hidup dengan baik pada pH tinggi (lingkungan bersifat basa)
maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat asam), namun kebanyakan bakteri
memerlukan pH antara 6,5 – 7,5. Thiobacillus ferrooxidans dapat tumbuh dengan
baik pada pH 1,3.
f. Radiasi
Pada umumnya radiasi
cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya dengan
panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan
ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu
energi radiasi dari sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet banyak
digunakan untuk sterilisasi bahan makanan.
g. Senyawa Kimia
Beberapa bahan kimia
seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel bakteri,
sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
3. Perkembangbiakan
dan Rekombinasi pada Bakteri
Bakteri berkembang
biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Pada akhir pembelahan sel, membran
plasma dan
dinding sel tumbuh ke arah dalam yang membagi sel menjadi dua. Dinding sel yang baru kemudian memisahkan kedua sel anak. Bila dinding sel ini tidak memisah atau memisah kurang sempurna, maka akan terbentuk rantai/koloni bakteri.
dinding sel tumbuh ke arah dalam yang membagi sel menjadi dua. Dinding sel yang baru kemudian memisahkan kedua sel anak. Bila dinding sel ini tidak memisah atau memisah kurang sempurna, maka akan terbentuk rantai/koloni bakteri.
Pada bakteri tidak
ditemukan reproduksi seksual yang melibatkan peleburan sel gamet dengan diikuti
pengurangan jumlah kromosom. Namun pada beberapa bakteri terjadi permindahan
bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain. Sel yang memberikan bahan genetik
disebut sel donor dan sel yang menerima bahan genetik disebut sel resipien.
Penggabungan dua jenis bahan genetik ini disebut rekombinasi. Rekombinasi bahan
genetik dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu transformasi,konjugasi,
dan transduksi.
- Transformasi
Transformasi adalah pemindahan bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain tanpa melalui kontak langsung. Pada keadaan tertentu (misalnya perlakuan dengan kalsium klorida/CaCl2) bakteri dapat mengambil potongan ADN dari luar sel secara langsung. Pemindahan materi genetik juga dapat berlangsung melalui perantaraan plasmid. Jika plasmid suatu bakteri masuk ke dalam bakteri yang lain maka akan terjadi rekombinasi. Contoh bakteri yang diketahui dapat melakukan transformasi secara alami adalah Haemophilus,Neisseria, Streptococcus, dan Bacillus. - Konjugasi
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetik dari sel donor ke sel resipien secara langsung melalui saluran konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan. Melalui saluran konjugasi ini materi genetik sel donor berpindah ke sel resipien sehingga terjadi rekombinasi genetik. Tentu kamu masih ingat struktur pili pada permukaan sel bakteri. Pili inilah yang digunakan sebagai saluran konjugasi yang disebut pili seks. - Transduksi
Transduksi adalah pemindahan bahan genetik melalui perantaraan virus bakteri (bakteriofag). Coba kamu ingat lagi proses replikasi virus. Ketika terjadi sintesis partikel-partikel virus, sebagian kecil ADN sel inang dapat bergabung dengan materi genetik virus. Jika virus ini kemudian menginfeksi bakteri yang lain, maka fragmen-fragmen ADN bakteri yang terbawa dapat bergabung dengan ADN sel inang yang menyebabkan terjadinya rekombinasi.
4. Peran Bakteri
dalam Kehidupan
Dalam ekosistem
bakteri berperan penting sebagai pembusuk yang menguraikan bahan-bahan organik
dan sisa-sisa
organisme menjadi bahan anorganik yang dapat digunakan tumbuhan. Diperkirakan dalam satu gram tanah yang subur terdapat miliaran bakteri beserta ribuan mikroorganisme lain.
organisme menjadi bahan anorganik yang dapat digunakan tumbuhan. Diperkirakan dalam satu gram tanah yang subur terdapat miliaran bakteri beserta ribuan mikroorganisme lain.
a. Bakteri yang
Menguntungkan
Bakteri menghasilkan
antibiotik seperti tirotrisin, basitrasin, streptomisin, teramisin, dan
polimiksin yang berguna dalam pengobatan. Beberapa jenis bakteri dimanfaatkan
secara luas untuk membuat bahan organik dan makanan seperti keju, asam asetat,
dan berbagai asam amino. Berikut ini adalah beberapa contoh bakteri yang
menguntungkan.
- Lactobacillus bulgaricus dan L. acidophilus untuk
membuat yoghurt.
- Lactobacillus casei digunakan dalam pembuatan keju.
- Rizobium bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dapat
menambat nitrogen dari udara bebas
sehingga dapat menyuburkan tanah. - Acetobacter xylinum digunakan dalam proses pembuatan nata de
coco dari air kelapa.
- Escherichia coli yang hidup di dalam usus besar manusia
membantu membusukkan sisa-sisa makanan dan menghasilkan vitamin K.
- Streptococcus griceus menghasilkan antibiotik streptomisin.
- Pada pengolahan limbah, diperlukan bakteri aerob
untuk mengoksidasi limbah, sehingga daya racun limbah terhadap lingkungan
berkurang.
- Pada pembuatan biogas, bakteri mengubah sampah
dan kotoran menjadi biogas yang terutama terdiri atas gas metana. Gas
metana dapat digunakan sebagai bahan bakar dan penerangan.
- Dalam rekayasa genetika, ADN bakteri dimodifikasi
sehingga menghasilkan protein tertentu yang dibutuhkan manusia. Dengan
demikian dapat diperoleh sejumlah besar protein/enzim dalam waktu relatif
singkat.
b. Bakteri yang
Merugikan
Banyak bakteri yang
bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Bakteri juga menyebabkan banyak kerusakan pada makanan, bahan pangan,
dan menghasilkan toksin/racun. Berikut ini contoh beberapa jenis bakteri yang
merugikan.
- Clostridium tetani menyebabkan penyakit tetanus.
- Salmonella typhi menyebabkan penyakit tifus.
- Diplococcus pneumonia menyebabkan penyakit pneumonia/radang
paru-paru.
- Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada sapi,
kerbau, dan domba.
- Aspergillus flavus merusak biji kacang-kacangan yang disimpan
dan menghasilkan racun aflatoksin yang berbahaya.
- Erwinia tracheiphila menyebabkan penyakit busuk daun pada
tanaman labu.
c. Usaha
Pencegahan
Usaha untuk mencegah
serangan bakteri adalah menjaga kebersihan, pola hidup higienis, dan melakukan
sterilisasi pada peralatan. Penyakit karena bakteri dapat diatasi dengan
pemberian vaksin dan antibiotik. Serangan bakteri pada tanaman dapat diatasi
dengan pemberian bakterisida. Untuk mencegah kerusakan makanan dan bahan pangan
dilakukan berbagai upaya pengawetan seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan,
pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan, dibuat manisan, pasteurisasi,
radiasi, dan menggunakan bahan kimia.
B. Archaebacteria
Archaebacteria
meliputi kelompok bakteri yang mempunyai beberapa perbedaan komposisi sel,
fisiologi, dan materi genetik dengan kelompok Eubacteria. Organisme dalam
kelompok Archaebacteria disebut arkae. Perbedaan pokok antara Archaebacteria
dengan Eubacteria adalah komposisi lemak pada dinding sel dan perbedaan lintasan
metabolisme, enzim, dan kofaktor enzim. Dinding sel Archaebacteria tidak
mengandung peptidoglikan, atau jika ada tidak mengandung asam muramat. Meskipun
dapat bersifat gram positif atau gram negatif, dinding sel arkae secara
struktural berbeda dengan dinding sel bakteria. Archaebacteria tidak dapat
membentuk spora. Kebanyakan bersifat anaerob meskipun beberapa jenis bersifat
aerobik, anaerobik, dan anaerobik fakultatif. Di dalam selnya tidak mengandung
klorofil. Beberapa jenis Archaebacteria mempunyai flagella untuk bergerak.
Ribosom arkae mempunyai komposisi protein yang berbeda dengan ribosom bakteri.
Archaebacteria dapat
ditemukan di daratan maupun di perairan dan dapat hidup di lingkungan yang
tidak menguntungkan, yaitu dapat hidup di perairan panas dan berkadar garam
tinggi. Bentuk sel bervariasi, misalnya berbentuk seperti bola, batang, dan
spiral. Kelompok bakteri ini bereproduksi dengan pembelahan sel, membentuk
tunas, dan fragmentasi benang pada Archaebacteria yang hidup berkoloni.
1. Jenis-Jenis Archaebacteria
Dalam sistem
klasifikasi modern, Archaebacteria dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu
krenarkaeota,
euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota merupakan kelompok yang penting, terdiri dari metanokokus, metanopiri, metanobakter, halobakteri, termoplasma, termokokus, dan arkaeoglobi. Berdasarkan keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok.
euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota merupakan kelompok yang penting, terdiri dari metanokokus, metanopiri, metanobakter, halobakteri, termoplasma, termokokus, dan arkaeoglobi. Berdasarkan keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok.
a. Archaebacteria
Halofil
Archaebacteria ini
ditemukan di lingkungan berkadar garam tinggi. Contohnya adalah Halobacterium yang
dapat tumbuh optimum pada kadar garam setinggi 20 – 30 persen. Jika konsentrasi
garam turun, sel Halobacterium mengalami lisis sehingga rusak dan mati.
b. Archaebacteria
Metanogen
Archaebacteria
metanogen memperoleh energi dari metabolisme yang mengubah senyawa karbon
dioksida dan hidrogen menjadi gas metana. Senyawa yang dapat diubah menjadi
metana oleh orgnisme ini antara lain methanol, asam formiat, asam asetat, dan
metal alamin. Dalam dekomposisi senyawa organik misalnya selulosa, pati,
protein, asam amino, lemak, dan alkohol Archaebacteria metanogen membutuhkan
bakteri anaerob lain yang dapat mengubah senyawa itu menjadi karbon dioksida
dan hidrogen. Gas karbon dioksida dan hidrogen ini kemudian digunakan oleh
Archaebacteria metanogen.
Semua Archaebacteria
metanogen bersifat anaerobik. Archaebacteria jenis ini sering ditemukan pada
sisa-sisa tanaman yang membusuk secara anaerobik. Bakteri ini juga
ditemukan hidup di tanah, kolam, dan di saluran pencernaan hewan ruminansia. Archaebacteria
metanogen berperan penting pada degradasi limbah di unit pengolahan limbah.
Contoh Archaebacteria metanogen adalah Metanococcus,Metanobacter,
dan Metanomicrobium.
c. Archaebacteria
Termofil
Archaebacteria ini
dapat hidup di lingkungan bersuhu relatif tinggi, lebih tinggi daripada suhu
yang ditolerir Eubacteria, yaitu mencapai suhu 80° – 110°C. Suhu setinggi ini
biasanya dijumpai di tempat pembuatan kompos, sumber air panas, dan daerah
geothermal di laut dalam. Thermus aquaticus ditemukan di perairan
yang suhunya mencapai 79°C. Beberapa jenis Archaebacteria termofil lain
bergantung pada keberadaan sulfur dalam metabolismenya. Contoh Archaebacteria
termofil adalah Sulfolobus, Termoplasma, Pyrodictium, dan Termococcus.
2. Peranan
Archaebacteria
Archaebacteria
membantu pencernakan makanan pada ruminansia. Bakteri metanogen digunakan untuk
degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Membantu pembuatan kompos dan
biogas. Sampai saat ini tidak ditemukan Archaebacteria yang menyebabkan
penyakit pada organisme lain.
C. Cyanobacteria
Anabaena-Cyanobacteria
yang berbentuk filamen.
Cyanobacteria juga
disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Cyanobacteria
merupakan kelompok bakteri yang mempunyai klorofil di dalam sitoplasmanya
sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cyanobacteria dapat ditemukan hampir di
semua tempat yang lembab seperti tanah yang lembab, perakaran tanaman, dan
hampir di semua lingkungan perairan, dari mata air panas sampai ke danau beku
di Antartika. Namun Cyanobacteria tidak ditemukan pada lingkungan perairan yang
asam.
1. Ciri dan
Struktur Cyanobacteria
Ciri dan struktur
Cyanobacteria menyerupai bakteri pada umumnya. Semua Cyanobacteria mengandung
klorofil a seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klorofil pada bakteri disebut
bakterioklorofil. Selain klorofil a, Cyanobacteria mempunyai beberapa pigmen
tambahan termasuk karotenoid. Warna biru pada Cyanobacteria disebabkan oleh
pigmen biru atau fikosianin. Beberapa jenis Cyanobacteria juga mempunyai pigmen
merah atau fikoeritrin di dalam selnya. Klorofil dan pigmen-pigmen tambahan itu
tidak terdapat dalam plastida, melainkan tersebar pada sistem membran sel.
Dinding sel
Cyanobacteria tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun dari peptidoglikan
seperti dinding sel bakteri. Jika dites dengan pewarna gram, dinding sel
Cyanobacteria menunjukkan sifat sebagai gram negatif. Cyanobacteria menyimpan
cadangan makanan berupa polisakarida yang disebut sianofisin. Selain
karbohidrat, Cyanobacteria juga menyimpan lemak dan protein. Sel-sel
Cyanobacteria tidak mempunyai silia, flagela, maupun alat penggerak yang lain.
Namun demikian beberapa Cyanobacteria yang berbentuk filamen dapat bergerak.
Semua Cyanobacteria
berukuran mikroskopis, namun sering tumbuh dalam kelompok yang besar sehingga
panjangnya dapat mencapai lebih dari satu meter. Cyanobacteria ada yang hidup
uniseluler dan ada yang berkoloni. Contoh Cyanobacteria uniseluler adalah
Croococcus dan Gloeocapsa. Koloni Cyanobacteria dapat berbentuk seperti benang
atau filamen, bercabang-cabang, atau tidak beraturan. Setiap sel dalam koloni
bereproduksidengan membelah. Sel baru yang dihasilkan dapat tetap berkoloni
atau melepaskan diri dan membentuk koloni yang terpisah. Pada Cyanobacteria
yang berkoloni, sel satu dengan yang lain saling melekat pada dinding selnya
tanpa ada hubungan sitoplasma. Jadi setiap sel dalam koloni tetap hidup secara
mandiri. Contoh Cyanobacteria berkoloni adalah Polycistisdan Spirulina.
2. Reproduksi
Cyanobacteria
Reproduksi
Cyanobacteria uniseluler adalah dengan pembelahan sel. Cyanobacteria yang
berkoloni melakukan reproduksi dengan fragmentasi. Fragmen multiseluler yang
dihasilkannya disebut hormogonium. Pada Cyanobacteria yang berkoloni berbentuk
filamen, misalnya Nostoc dan Anabaena, dapat membentuk heterosista, yaitu
sel-sel berukuran lebih besar dengan dinding berlapis banyak yang berbeda
dengan sel-sel di sekitarnya. Di dalam sel ini terletak tilakoid yang tertata
dalam pola konsentris. Heterosista dapat melepaskan diri dari filamen induknya
dan tumbuh menjadi individu baru. Pada keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sel-sel vegetatif Cyanobacteria dapat berubah menjadi spora
berdinding tebal yang disebut akinet. Di dalam akinet terkonsentrasi cadangan
karbohidrat sianofisin yang mengandung protein. Akinet sangat tahan terhadap
lingkungan yang kurang baik dan masih dapat berkecambah untuk menghasilkan
individu baru setelah melampaui masa dorman yang lama, mencapai 87 tahun. Pada
Cyanobacteria juga ditemukan rekombinasi genetik seperti pada bakteri.
3. Peran
Cyanobacteria dalam Kehidupan
Beberapa
Cyanobacteria berperan sebagai plankton di lautan. Jenis Cyanobacteria yang
lain hidup di air tawar. Cyanobacteria yang hidup di sekitar mata air panas
sering membentuk lapisan endapan kapur yang tebal di sekitar koloninya.
Beberapa jenis Cyanobacteria dapat menambat nitrogen misalnya Nostoc, sehingga
dapat hidup di bebatuan dan tanah yang tandus. Cyanobacteria yang bersimbiosis
dengan tumbuhan air dapat menyuburkan perairan. Contohnya Anabaena azolae yang
bersimbiosis dengan Azola pinata. Cyanobacteria lain mampu mengikat nitrogen
bebas adalah Nostoc, dan Gloeocapsa. Cyanobacteria dapat bersimbiosis dengan
amoeba, protozoa berflagela, diatom, alga hijau tak berklorofil, Cyanobacteria
yang lain, tumbuhan tingkat tinggi, dan cendawan. Beberapa jenis Cyanobacteria
dikembangkan sebagai sumber makanan atau protein sel tunggal. Salah satu jenis
yang populer adalah Spirulina yang mengandung protein tinggi dan aman
dikonsumsi.
Beberapa
Cyanobacteria yang hidup di perairan menghasilkan racun, sehingga dapat
membunuh organisme yang
hidup/menggunakan
air di perairan tersebut. Cyanobacteria juga dapat hidup di tembok dan batu
(candi) sehingga merusak bangunan dari tembok dan batu.
PROTISTA
Pengertian Protista
Kingdom Protista adalah makhluk
eukariotik paling sederhana, tetapi lebih kompleks dalam hal struktur, fungsi,
tingkah laku, dan ekologinya dibanding dengan archeobacteria dan eubacteria.
Protista merupakan makhuk hidup bersel satu atau bersel banyak dan telah
mempunyai membran inti.
Ciri Protista
1. Bersel
eukariotik.
2. Bentuk
tubuh organisme golongan protista amatlah beragam.
3. Respirasi
secara aerobik.
4. Sebagian
besar bersifat uniselular, beberapa membentuk koloni. Ada juga yang
multiseluler, terdiri dari banyak sel. Protista multiselular mempunyai tubuh
yang sederhana tanpa jaringan terspesialisasi.
5. Ada
yang bereproduksi secara aseksual dan ada juga yang seksual.
6. Sebagian
protista hidup bebas, tetapi ada juga yang bersimbiosis dengan organisme lain.
7. Kebanyakan
hidup di perairan, laut, atau perairan tawar.
8. Bergerak
aktif seperti hewan dan berklorofil seperti tubuhan, serta mempunyai siklus
hidup dan reproduksi yang mirip dengn jamur.
Klasifikasi Protista
1. Berdasarkan
caranya memperoleh makanan, protista dibagi menjadi tiga golongan berikut ini :
a. Protista
autotrof => Memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.
Contoh : alga, meliputi filum Euglenophyta,
Chrysophyta, Pyrrhophyta, dan Phaeophyta.
b. Protista
hetotrof => Memperoleh makanan dengan cara fagositosis
Contoh : Protozoa, meliputi filum Mastigophora,
Sarcodina, Ciliophora, dan Sporozoa
c. Protista
yang mencerna makanan di lluar sel (ekstraeluler), dan kemudian menyerap
hasilnya yang berupa sari-sari makanan.
Contoh : Jamur lendir dan jamur air.
2. Berdasarkan
ciri yang dimilikinya, organisme protista dikelompokkan menjadi :
a. Protozoa
(protista mirip hewan).
b. Alga
(protista mirip tumbuhan).
c. Jamur
(protista mirip jamur).
A. Protozoa
(Protista mirip hewan)
1. Ciri-ciri
protozoa
· Uniseluler
(kecuali Paramecium) dan tidak memiliki dinding sel, tubuh belum
terdiferensiasi secara jelas.
· Bersifat
fagositosis, soliter, atau koloni, ada yang memiliki semacam rangka.
· Dapat
ditemukan pada air tawar, air laut, dalam tanah, hutan, sawah, aatau parasit
pada organisme lain.
· Ada
yang bergerak dan ada yang tiak bergerak. Protozoa bergerak dengan flagel,
pseudopodia, silia, atau dengan gerakan sel itu sendiri.
· Cara
hidup heterotrof (saprofit atau parasit)
· Berkembangbiak
dengan cara vegetatif dengan membelah diri dan generatif sdengan konjugasi.
· Dalam
kondisi yang tidak menguntungkan, protozoa membentuk kista, yaitu selaput tebal
untuk melindungi diri.
2. Struktur
Tubuh Protozoa
· Ukuran
tubuh mulai dari 10 mikron-6mm.
· Bentuk
protozoa bervariasi, yaitu asimetris, bilateral, simetris, radial simetris, dan
spiral.
· Secara
umum tubuh protozoa dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu membran plasma terdiri
dari senyawa lipoprotein, sitoplasma yang bersifat koloid, dan inti sel
Klasifikasi Protozoa
a.
Kelas Rhizopoda (Sarcodina)
Rhizopoda berasal dari kata rhizo yang berarti akar dan podos yang berarti kaki, yaitu protozoa yang bergerak dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kelas Rhizopoda memiliki ciri-ciri:
1) Alat gerak berupa kaki semu
2) Habitat di air dan parasit pada tubuh hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara membelah diri
Contoh :
Nama
|
Tempat hidup
|
Keterangan
|
Entamoeba
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Entamoeba coli
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Entamoeba hartmani
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Jod amoeba butschlli
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Dientamoeba fragillis
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Endolimax nana
|
Rongga usus besar
|
Parasit
|
Entamoeba gingivalis
|
Mulut
|
Parasit
|
Amoeva proteus
|
Di perut bumi
|
Saprofit
|
b.
Kelas Flagellata (Mastigophora)
Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti bulu cambuk yaitu protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu cambuk kelas flagellata mastigophora memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa bulu cambuk
2) Hidup di air laut air tawar dan parasit pada tubuh hewan atau manusia
3) Cara hidup dengan soliter atau koloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
Contoh :
Nama
|
Penyakit yang ditimbulkan
|
Trypanosoma gambiense dan trypanosoma
rhodesiense
|
Parasit dalam darah manusia dan dapat
menyebabkan penyakit tidur
|
Trypanosoma cruzi
|
Penyakit chagas di Amerika
|
Trypanosoma evansi
|
Penyakit surra pada hewan
|
Trypanosoma brucei
|
Penyakit nagana pada sapi dan kerbau
|
Trypanosoma vaginalis
|
Keputihan pada vagina manusia
|
Trypanosoma foetus
|
Parasit pada vagina sapi
|
c.
Kelas Ciliata (Ciliophora)
Ciliata berasal dari kata Cilia
yang berarti bulu getar, yaitu protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu
getar. Kelas ciliata (ciliophora) memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa rambut getar
2) Hidup di air tawar dan tempat-tempat yang lembab
3) Cara hidup soliter atau berkoloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
1) Alat gerak berupa rambut getar
2) Hidup di air tawar dan tempat-tempat yang lembab
3) Cara hidup soliter atau berkoloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
Contoh ciliata yang hidup bebas adalah
paramecium caudatum, dan yang hidup parasit adalah nyctoterus ovalis (yang
hidup di dalam usus kecoa) dan balantidium coli (yang parasit pada babi dan
dapat menyebabkan penyakit balantidiosis (disentri balantidium). Sedangkan
contoh hewan ciliata yang lainnya adalah :
1) Stentor, hidup di sawah sawah atau air tergenang banyak mengandung bahan organik
2) Didinium, merupakan pemangsa paramecium, hidup di perairan yang banyak protozoa
3) Vorticella, bentuk seperti lonceng silia terdapat di sekitar mulut sel
4) Stylonichia, mirip dengan paramecium, silia berkelompok disebut sirus, hidup di perairan yang banyak mengandung sampah organik.
1) Stentor, hidup di sawah sawah atau air tergenang banyak mengandung bahan organik
2) Didinium, merupakan pemangsa paramecium, hidup di perairan yang banyak protozoa
3) Vorticella, bentuk seperti lonceng silia terdapat di sekitar mulut sel
4) Stylonichia, mirip dengan paramecium, silia berkelompok disebut sirus, hidup di perairan yang banyak mengandung sampah organik.
d.
Kelas Sporozoa
Sporosoa berasal dari kata spora yang
berarti benih dan zoon yang berarti hewan, merupakan protozoa yang tidak
memiliki alat gerak. kelas sporozoa memiliki ciri ciri :
1) Tidak memiliki alat gerak
2) Hidup sebagai parasit pada sel darah merah manusia atau hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara aseksual dengan sporofit dan seksual dengan gametofit
Contoh :
1) Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
2) Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria quartana.
3) Plasmodium Ovale, penyebab penyakit limpa.
4) Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika.
1) Tidak memiliki alat gerak
2) Hidup sebagai parasit pada sel darah merah manusia atau hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara aseksual dengan sporofit dan seksual dengan gametofit
Contoh :
1) Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
2) Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria quartana.
3) Plasmodium Ovale, penyebab penyakit limpa.
4) Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika.
B. Alga/Ganggang (Protista mirip
tumbuhan)
Dalam sistem lima kingdom Alga tidak masuk dalam kingdom plantae. Alga masuk dalam kingdom protista karena memiliki ciri-ciri tubuh tersusun dari satu atau banyak sel, yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan khusus. Alga mikroskopis dapat dijumpai hampir di segala lingkungan yang terkena sinar matahari. Alga mikroskopis ini merupakan bagian dari fitoplankton yang berguna sebagai makanan penting bagi organisme lain.
1. Ciri-ciri Alga
Alga memiliki ciri dan sifat sebagai
berikut.
a. Termasuk
organisme fotosintetik.
b. Bersifat
eukariotik karena sudah memiliki inti sel dengan membran inti yang
menyelubunginya.
c. Tubuh
alga disebut sebagai thallus karena belum dapat dibedakan akar,batang, dan
daun.
d. Memiliki
kloroplas,dijumpai di tempat lembab, air tawar, air laut, atau menempel pada
pohon.
e. Organisme
ini dapat hidup sebagai Plankton (mengapung, terbawa arus) bentos (di dasar
perairan) atau perifiton (menempel).
f. Ada
yang uniseluler bersifat soliter dan koloni, dan ada yang multiseluler
berbentuk benang atau lembaran.
g. Ada
yang mikroskopis dan ada pula yang makroskopis.
h. Beberapa
Alga dapat merugikan manusia karena menghasilkan racun, anti bakteri, atau
bersifat parasit.
i. spesies
tertentu dapat berperan sebagai bioindikator, bioremediator, atau sebagai
sumber makanan tambahan.
2. Klasifikasi Alga
Berdasarkan pigmen yang dikandungnya,
alga dibedakan menjadi beberapa filum sebagai berikut.
a. Euglenophyta
Euglenophyta memiliki ciri-ciri :
1) Organisme
yang mirip hewan dan tumbuhan.
2) Mempunyai
klorofil (klorofil a dan b) serta mengandung karoten dan dapat melakukan
fotosintesis.
3) Mempunyai
bintik mata dan selnya tidak berdinding.
4) Dapat
bergerak bebas .
5) Habitat
di air tawar atau tempat yang lembab.
6) Reproduksi
dengan membelah diri (pembelahan biner).
Contoh : Euglena.
Contoh : Euglena.
b. Chrysophyta
(Ganggang Keemasan)
Secara umum Chrysophyta memiliki ciri-ciri :
1) habitatnya ada yang di air laut dan ada yang di air tawar.
2) ada yang bersel tunggal dan ada yang bersel banyak
Chrysophyta dibagi ke dalam tiga kelas yaitu :
1) Ganggang
hijai-kuning (Xanthophyceae)
Xanthophyceae memiliki ciri-ciri :
Memiliki klorofil dan xantofil. umumnya berbentuk filamen dan tidak berserat.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora contoh : Vaucheria.
Xanthophyceae memiliki ciri-ciri :
Memiliki klorofil dan xantofil. umumnya berbentuk filamen dan tidak berserat.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora contoh : Vaucheria.
2) Ganggang
cokelat keemasan (Chrysophyceae)
Chrysophyceae memiliki ciri-ciri :
a) Mempunyai
pigmen klorofil dan karoten.
b) Ada
yang uniseuler, contohnya Ochromonas dan ada pula yang
membentuk koloni, contohnya Synura.
c) Hasil
fotosintesis disimpan sebagai karbohidrat dan minyak.
3) Bacillariophyceae
(Diatom)
Bacillariophyceae memiliki ciri-ciri :
a) Banyak
terdapat di permukaan tanah basah.
b) Ada
yang uniseluler dan ada yang berkoloni.
c) Dinding
sel terdiri dari epiteka dan hipoteka.
d) Reproduksi
aseksual dengan membelah diri.
Contoh : Navicula,
Pinnularia, dan Cyclotella.
c. Pyrrhophyta (Ganggang Api)
Semua anggota ganggang api mempunyai dua
flagel, oleh sebab itu disebut juga dinoflagellata (dino=dua). Pyrrhophyta
(ganggang api) mempunyai ciri-ciri :
1) Uniseluler
dapat bergerak aktif.
2) Selnya
berdinding dan di sebelah luar sel terdapat alur masing-masing mengandung satu
flagela.
3) Mempunyai
plastida yang mengandung klorofil dan pigmen coklat kekuningan.
4) Reproduksi
dengan membelah diri.
5) Ganggang
api yang hidup di laut bersifat fosforesensi.
contoh : Peridinium.
contoh : Peridinium.
d. Chlorophyta
(Gnggang hijau)
Chlorophyta (ganggang hijau) memiliki ciri-ciri :
1) Sebagai
Plankton di air tawar dan air laut ada pula yang hidup ditempat yang lembab dan
tubuh hewan.
2) Memiliki
kloroplas dengan berbagai bentuk (spiral mangkok lembaran bola dan bintang).
3) Kloroplasnya
mengandung klorofil a dan b karoten serta xantofil.
4) Reproduksi
vegetatif dilakukan dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan
zoospora, sedangkan secara generatif dilakukan dengan konjugasi serta peleburan
sperma dan ovum.
Chlorophyta dibedakan sebagai berikut.
1) Chlorophyta
bersel tunggal tak bergerak
Contoh: Chlorella dan Chlorococcum
2) Chlorophyta
bersel tunggal dapat bergerak
Contoh : Chlamydomonas
3) Chlorophyta
berkoloni tak bergerak
Contoh : Hydrodyctyon
4) Chlorophyta
berkoloni dapat bergerak
Contoh : Volvox
5) Chlorophyta
berbentuk benang
Contoh : Spyrogyra dan Oedogonium
6) Chlorophyta
berbentuk lembaran
Contoh : Ulva dan Chara
e. Phaeophyta
(Ganggang cokelat)
Phaeophyta (Ganggang cokelat) memiliki ciri-ciri :
1) Tubuh
mirip tumbuhan tingkat tinggi.
2) Memiliki
pigmen fikosantin dan klorofil.
3) Reproduksi
secara vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan generatif dengan membentuk
konseptakel jantan dan konseptakel betina.
4) Sebagian
besar hidup di laut, beberapa jenis hidup di air tawar.
Contoh : Sargassum, Macrocystis, Fucus,
dan Ectocarpus.
f. Rhodophyta
(Ganggang merah)
Rhodophyta (Ganggang merah) memiliki ciri-ciri :
1) Bentuk
tubuh seperti rumput sehingga sering disebut rumput laut.
2) Tubuh
bersel banyak dan berbentuk seperti lembaran.
3) Mengandung
klorofil, pigmen fikoeritrin, dan pigmen fikosianin.
4) Reproduksi
seksual dengan peleburan sperma dan ovum yang menghasilkan zigot.
5) Habitat
sebagian besar di laut dan sebagian di air tawar.
Contoh : Eucheuma spinosum, Gelidium,
Kallimenia, dan Scinata.
Reproduksi Alga
Alga melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. reproduksi aseksual adalah
Alga melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. reproduksi aseksual adalah
melalui :
a. Pembelahan
biner terjadi pada Alga uniseluler.
b. Fragmentasi
(pemutusan beberapa bagian tubuh yang akan tumbuh menjadi individu baru)
terjadi pada alga berkoloni dan berbentuk benang.
c. Spora
Kembara (zoospora) yakni potongan dari protoplasma yang dibungkus oleh dinding
sel yang dilengkapi flagel.
Sedangkan proses reproduksi seksual
(generatif) dilakukan melalui :
a. Isogami
(konjugasi), yakni peleburan sel kelamin jantan dan betina yang mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama atau dengan kata lain, perkawinan yang belum
diketahui jenis kelaminnya.
b. Anisogami,
yakni pertemuan sel kelamin jantan yang berukuran lebih kecil dari sel kelamin
betina.
c. Oogami,
pertemuan antara spermatozoid dengan ovum yang menghasilkan zigot.
Berikut
ini adalah contoh beserta peranan dari Protista:
1. Peranan yang Menguntungkan
a. Golongan Protozoa
ü Entamoeba coli di dalam usus
besar mamalia ikut berperan dalam proses pembusukan sisa makanan.
ü Foraminifera mempunyai kerangka
luar dari zat kapur dan fosilnya dalam jumlah tertentu dapat membentuk endapan
tanah globigerina yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.
ü Radiolaria mempunyai kerangka
dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan meninggalkan cangkangnya dan
membentuk tanah radiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
ü Paramaecium dapat juga digunakan
sebagai organisme indikator terjadinya pencemaran air oleh zat organik.
b. Golongan Algae/Ganggang
ü Zooplankton di ekosistem perairan
sebagian besar adalah protista berklorofil yang berguna sebagai makanan ikan dan
arthropoda air.
ü Chlorella selain berperan sebagai
produsen di ekosistem perairan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan protein sel tunggal (PST), digunakan pula untuk suplemen makanan,
obat-obatan, dan bahan kosmetik.
ü Porphyra (alga merah), digunakan
sebagai suplemen makanan.
ü Rhodymenia palmata (alga merah),
digunakan sebagai sumber makanan.
ü Macrocystis (alga cokelat),
digunakan sebagai makanan suplemen untuk ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
ü Euchema spinosum , Gellidium,
Gracilaria, digunakan sebagai bahan pembuatan agar-agar.
ü Diatomae (alga pirang), karena
mengandung silikat tanah diatom digunakan sebagai penggosok, isolasi bahan
dasar industri kaca, dan penyaring bakteri.
2. Peranan yang Merugikan
a. Golongan Protozoa
ü Entamoeba histolytica hidup di
dalam liang usus manusia, menyebabkan kerusakan jaringan pada usus dan diare.
ü Entamoeba hartmani hidup di dalam
liang usus manusia, penyebab disentri tetapi efeknya tidak lebih parah dari
Entamoeba histolytica.
ü Entamoeba gingivalis hidup di
dalam rongga mulut manusia, ada disela-sela gigi atau di leher gigi,
tenggorokan, dan tonsil. Tidak bersifat patogenik tetapi dapat
memperparah terjadinya radang gusi.
ü Leishmania donovani menyebabkan
penyakit kala azar pada manusia. Penderita biasanya demam berkepanjangan, hati,
dan limfanya membesar, serta terjadinya ulcers atau luka pada ususnya.
b. Golongan Protista Mirip Jamur
ü Saprolegnia yang bersifat parasit
pada sisik dan insang ikan yang terluka.
ü Phytoptora infestans yang
menyebabkan penyakit late blight pada kentang.
ü Phytoptora palmifera
bersifat parasit pada kelapa.
ü Phytoptora nicotine parasit dan
menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau.
ü Phytoptora faberi menimbulkan
penyakit pada tanaman karet pada luka bekas sadapan.
ü Phytoptora palmifera parasit dan
menyebabkan penyakit pada kelapa.
ü Plasmopora viticola merupakan
parasit pada tanaman anggur.
FUNGI
(JAMUR)
- Ciri-ciri jamur :
1. Eukariotik
yang memiliki dinding sel
2. Tidak
memiliki klorofil
3. Makanannya
berupa bahan organik yang diperoleh dari lingkungannya, baik dari mahkluk hidup
lain atau dari sisa mahkluk hidup
4. Dinding
sel tersusun dari kitin
5. Beberapa
memiliki zat warna, seperti Amanita muscaria
6. Jamur
multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang (hifa)
7. Hifa
pada jenis jamur tertentu memiliki sekat antar-sel yang disebut septum
8. Hifa
tanpa sekat : Hifa senositik
9. Hifa
jamur bercabang-cabang dan berjalin membentuk miselium
10. Miselium
vegetatif : Menyerap makanan
11. Miselium
generatif : Alat reproduksi, menghasilkan spora
12. Melakukan
pencernaan secara ekstraseluler atau di luar tubuh jamur
13. Bersifat
heterotrof
- Berdasarkan cara memperoleh makanannya :
1. Saprofit :
Memperoleh zat organik dari sisa-sisa organisme mati dan bahan tak hidup.
Sebagai pengurai (dekomposer) utama
2. Parasit :
Memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Merugikan organisme inangnya
karena dapat menyebabkan penyakit
3. Simbiosis
mutualisme : Hidup saling menguntungkan dengan organisme lain. Contohnya :
Jamur bersimbiosis dengan ganggang hijau biru membentuk lumut kerak dan jamur
yang bersimbiosis dengan akar tanaman tingkat tinggi membentuk mikoriza
- Habitatnya :
1. Tempat
basah/lembab di daratan
2. Organisme/sisa-sisa
organisme di laut/air tawar
3. Lingkungan
asam
4. Konsentrasi
gula tinggi
- Reproduksi aseksual :
1. Pembentukan
kuncup/tunas pada jamur uniseluler
2. Pemutusan
benang hifa (fragmentasi miselium) pada jamur uniseluler
3. Pembentukan
spora aseksual (spora vegetatif) pada jamur multiseluler. Spora aseksual berupa
:
§ Sporangiospora :
Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel dalam kotak spora (sporangium) yang
terdapat pada ujung sporangiofor (struktur yang mendudukung sporangiofor)
§ Konidiospora :
Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel pada ujung konidiofor (penudukung
konidia)
- Reproduksi seksual : Pembentukan spora seksual yang dihasilkan secara
singami (penyatuan sel/hifa yang berbeda jenis)
- Klasifikasi berdasarkan cara reproduksi
seksualnya :
a) Zigomycota :
§ Hifa
tak bersekat
§ Hifa
berdiferensiasi membentuk sporangium
§ Alat
reproduksi seksual : Zigosporangium yang berdinding tebal dan bewarna kehitaman
§ Tidak
memiliki tubuh buah
§ Habitatnya
:
1. Merupakan
jamur terestrial (daratan)
2. Saprofit
pada makanan/pada sisa tumbuhan dan hewan
3. Parasit
pada manusia dan tumbuhan
4. Bersimbiosis
saling menguntungkan dengan organisme lain
§ Reproduksi
aseksualnya : Fragmentasi miselium atau pembentukan spora aseksual (spora
vegetatif) yang dihasilkan oleh sporangium
§ Peranannya
:
1. Rhizopus
oryzae : Pembuatan tempe
2. Mucor
javanicus : Pembuatan tape
3. Rhizopus
stolonifer, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, Pilobolus : Pengurai
saproba sisa organisme/bahan yang terbuat dari produk organism
b) Ascomycota :
§ Sebagian
besar multiseluler, uniseluler (Saccaromyces cerevisiae)
§ Yang
multiseluler hifanya bersekat
§ Alat
reproduksi aseksualnya : Hifa yang berdiferensiasi membentuk konidiofor
§ Alat
reproduksi seksualnya : Askus
§ Tubuh
buah pada Ascomycota : Askokarp
Peranannya
:
§ Saccharomyces
cerevisiae : Pembuatan roti dan minuman beralkohol (mengubah gula
menjadi alkohol (etanol) dan karbon dioksida)
§ Saccharomyces
ellipsoideus : Pembuatan wine dari buah anggur
§ Saccharomyces
tuac : Pembuatan tuak dari air nira
§ Neurospora
crassa : Oncom
§ Morchella
esculenta dan Sarcoscypha coccinea : Tubuh buahnya
dapat dimakan
§ Penicillium
notatum dan Penicillium chrysogenum :
Antibiotik
§ Penicillium camembertz dan Penicillium roqueforti :
Keju
c) Basidiomycota :
§ Jamur
multiseluler hifanya bersekat
§ Tubuh
buah pada Basidiomycota : Basidiokarp
§ Alat
reproduksi seksualnya : Basidiospora
§ Reproduksi
aseksualnya : Membentuk spora konidia
§ Peranannya
:
- Jamur
kuping (Auricularia polytricha), jamur merang (Volvariella volvacea),
dan jamur shitake (Lentinula edodes) : Dapat dimakan tubuh buahnya
- Jamur
kayu (Ganoderma) : Obat/makanan suplemen
Yang merugikan :
- Jamur
karat (Puccinia graminis) : Parasit pada daun tanaman pertanian
- Punnicinia
arachidis : Parasit pada tanaman kacang
- Ustilago
maydis : Parasit pada jagung
- Amanita
ocreata dan Amanita phalloides : Beracun dan
mematikan bila dimakan
- Amanita
muscaria : Menyebabkan halusinasi bila dimakan
d) Deuteromycetes :
§ Bukan
kelompok jamur sebenarnya dalam klasifikasi jamur
§ Setiap
jenis jamur sudah diidentifikasi tetapi belum diketahui reproduksi seksualnya
dikelompokkan dalam deuteromycetes (jamur tidak sempurna)
§ Jika
cara reproduksi suatu jenis jamur Deuteromycetes diketahui, jamur tersebut akan
dikelompokkan ulang menjadi anggota salah satu divisi jamur Zygomycota,
Ascomycota, atau Basidiomycota
- Lumut kerak/Licens :
1. Bentuk
kehidupan saling menguntungkan antara jamur dan organisme fotosintetik
2. jamur
dalam lumut kerak umumnya adalah Ascomycota dan Basidiomycota, sedangkan
organisme fotosintetiknya adalah Cyanobacteria/ganggan hijau uniseluler
3. Jamur
memperoleh hasil fotosintesis dari Cyanobacteria
4. Jamur
bertugas menjaga ketersediaan air bagi Cyanobacteria
5. Cyanobacteria
memperoleh nutrien untuk fotosintesis yang diserap oleh jamur dari lingkungan
6. Reproduksi
aseksual : Fragmentasi badan vegetatif (talus) atau dengan soredia
7. Reproduksi
seksualnya : Jika yang bersimbiosis adalah Ascomycota dan Basidiomycota yang
menghasilkan askospora dan basidiospora
- Mikoriza :
1. Simbiosis
mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan tingkat tinggi
2. Jamur
memperoleh senyawa organik
3. Tumbuhan
memperoleh air dan mineral (terutama fosfor) yang diserap oleh jamur dari dalam
tanah, jamur juga menyediakan hormon pertumbuhan tertentu yang melindungi akar
tumbuhan terhadap infeksi mikroorganisme