Senin, 25 November 2019

MATERI BIOLOGI X : VIRUS-BAKTERI-PROTISTA-FUNGI



VIRUS

Virus adalah struktur sederhana berukuran ultra mikroskopik yang terbuat dari potongan-potongan bahan genetik (DNA atau RNA) yang dikelilingi oleh selimut protein. Kata virus berasal dari bahasa Latin virion yang berarti ‘racun’. Cabang biologi yang mempelajari tentang virus adalah virologi.
Hampir semua “virus” menimbulkan penyakit pada makhluk hidup lain. Virus digolongkan ke dalam kingdom tersendiri karena sifatnya. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa, dapat terserang virus. Beberapa penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus adalah influenza, batuk, pilek, tifus, gondong, cacar air, herpes, AIDS, dan hepatitis.

A. Ciri-Ciri Virus
Virus mempunyai sifat-sifat yang membedakannya dari mikroorganisme yang lain, yaitu:
  • Dalam tubuh virus terkandung salah satu asam nukleat, DNA atau RNA saja;
  • Dalam proses reproduksinya, hanya diperlukan asam nukleat;
  • Berukuran sangat kecil sekitar 20 – 300 milimikron;
  • Virus tidak memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri di luar sel-sel hidup, dapat dikatakan virus bukanlah makhluk hidup yang mandiri, melainkan makhluk hidup yang memanfaatkan sel-sel hidup untuk memperbanyak diri;
  • Multiplikasi terjadi pada sel-sel hospes;
  • Dapat dikristalkan (sebagai benda tak hidup) dan dapat dicairkan kembali.
B. Struktur Virus
1. Bentuk Virus
Virus dapat berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan dapat juga berbentuk bulat. Virus memiliki struktur yang sangat sederhana. Virus hanya terdiri dari materi genetik berupa DNA atau RNA yang dikelilingi oleh suatu protein pelindung yang disebut kapsid. Kapsid dibangun oleh subunit-subunit yang identik satu sama lain yang disebut kapsomer. Bentuk kapsomer-kapsomer ini sangat simetris dan suatu saat dapat mengkristal. Pada beberapa virus, seperti virus herpes dan virus influenza, dapat pula dilengkapi oleh sampul atau envelope dari lipoprotein (lipid dan protein). Pembungkus ini merupakan membran plasma yang berasal dari sel inang virus. Suatu virus dengan materi genetik yang terbungkus oleh pembungkus protein disebut partikel virus atau virion.
Virus bukan sel atau makhluk hidup karena tidak memiliki sitoplasma dan organel sel tidak melakukan metabolisme serta berukuran sangat kecil sehingga tidak mungkin memiliki struktur sel.
2. Bagian Tubuh Virus
Bentuk virus (bakteriofag) terdiri dari kepala, selubung, dan ekor. Kepala berbentuk heksagonal, terdiri dari kapsomer yang mengelilingi DNA-nya. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer. Selubung ekor berfungsi sebagai penginfeksi. Serabut-serabut ekor terdapat di dasar selubung ekor, berfungsi sebagai penerima rangsang.
Selain virus influenza, inti virus hanya terdiri dari satu rangkaian asam nukleat. Satu rangkaian asam nukleat mengandung 3.500 sampai 600.000 nukleotida. Deoxyribonucleid Acid (DNA) dan Ribonucleid Acid (RNA) adalah substansi genetik yang membawa kode pewarisan sifat virus. Berdasarkan penyusun intinya, virus dibedakan menjadi virus DNA dan virus RNA. Contoh virus DNA adalah virus cacar. Contoh virus RNA adalah virus influenza dan HIV.
3. Ukuran Virus
Virus berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukuran virus sekitar 20–300 milimikron, jauh lebih kecil dari ukuran bakteri, yaitu 10 mikron.
Untuk membuktikan bahwa ukuran virus sangat kecil, Iwanovski dan M. Beijerinck melakukan eksperimen dengan penyaringan. Ternyata virus tetap lolos dari saringan keramik, serangkan bakteri tersaring karena ukurannya lebih besar daripada virus.

C. Cara Hidup Virus
Virus tidak dapat berdiri sendiri atau hidup bebas di alam ini. Virus hidup secara parasit pada bakteri, tumbuhan, hewan, dan manusia.


1. Virus Bakteri
Tidak ada satu bakteri pun yang tidak mengandung virus. Virus yang menginfeksi bakteri adalah bakteriofag. Bakteriofag dapat berkembang cepat sehingga dalam waktu yang singkat dapat menghancurkan sejumlah bakteri. Bakteriofag memiliki inti asam nukleat berbentuk DNA ganda berpilin atau tunggal berpilin atau RNA rantai tunggal. Contoh bakteriofag adalah E. coli.
2. Virus Tumbuh-tumbuhan
Sebagian besar penyakit pada tumbuh-tumbuhan disebabkan oleh virus. Serangan virus ini dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi yang sangat besar, misalnya, virus yang menyerang tanaman kentang dan tembakau.
Virus ini dapat memasuki bagian dalam sel secara aktif atau dapat melalui cedera, misalnya, cedera akibat gosokan pada daun. Di alam virus ditularkan secara kontak langsung atau melalui vektor. Sejumlah besar virus dapat juga ditularkan melalui serangga. Virus sering memperbanyak diri di dalam saluran pencernaan serangga (virus persisten). Virus dapat menginfeksi tumbuhan lain setelah terjadi masa inkubasi di dalam serangga. Sementara itu, virus yang tidak persisten dapat ditularkan melalui gigitan serangga secara langsung.
3. Virus Patogen pada Hewan
Bahan genetik virus hewan adalah DNA ganda berpilin atau RNA polinukleotida tunggal. Virus dapat menimbulkan penyakit rabies (anjing gila), sampar pada ayam, ebola pada kera, dan penyakit kuku pada ternak. Virus ini dapat ditularkan secara kontak langsung atau melalui perantara serangga. Untuk penelitiannya, diperlukan hewan percobaan atau telur ayam yang sudah dierami. Selain itu, virus juga dapat diperbanyak dengan kultur jaringan. Perbanyakan ini dapat dilakukan di laboratorium.
4. Virus yang Menyerang Manusia
Virus yang menyerang manusia, antara lain, virus cacar air, cacar, campak, influenza, polio, mata belek, hepatitis, demam berdarah, diare, HIV AIDS, dan virus AI. Virus pada manusia dapat ditularkan secara kontak langsung maupun tidak langsung. Mata belek, influenza, dan cacar dapat ditularkan secara kontak langsung atau lewat udara. Hepatitis dan polio dapat ditularkan melalui air sumur yang tercemar dan sendok atau piring bekas penderita ataupun keringat penderita. Demam berdarah dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sementara itu, virus HIV AIDS dapat ditularkan melalui jarum suntik, air ludah, transfusi darah, air susu, plasenta ibu hamil pada janinnya, hubungan kelamin, serta cairan vagina dan sperma.
D. Perkembangbiakan Virus (Replikasi Virus)
Virus selalu memanfaatkan sel-sel hidup sebagai inang untuk memperbanyak dirinya. Replikasi terjadi di dalam sel inang. Untuk dapat mereplikasi asam nukleat dan mensintesis protein selubungnya, virus bergantung pada sel-sel inang. Replikasi ini menyebabkan rusaknya sel inang. Setelah itu, virus akan keluar dari sel inang. Di luar sel inang, virus disebut sebagai partikel virus yang disebut virion.
Ada beberapa tahapan dalam replikasi virus, yaitu tahap adsorpsi (penempelan) virus pada inang, tahap injeksi (masuknya) asam inti ke dalam sel inang, tahap sintesis (pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pemecahan sel inang). Berdasarkan tahapan tersebut, siklus hidup virus dapat dibedakan lagi menjadi siklus litik dan siklus lisogenik.



 1. Siklus Litik
a. Tahap Adsorpsi
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel bakteri. Virus hanya menempel pada dinding sel yang mengandung protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada dinding sel disebabkan oleh adanya reseptor pada ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus akan mengeluarkan enzim lisozim yang dapat menghancurkan atau membuat lubang pada sel inang.
b. Tahap Injeksi
Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas penambatan lempeng ujung, kontraksi sarung, dan penusukan pasak berongga ke dalam sel bakteri. Pada peristiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel, sedangkan selubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika sudah kosong, selubung protein ini akan terlepas dan tidak berguna lagi.
c. Tahap Sintesis (Pembentukan)
Virus tidak dapat melakukan sintesis sendiri, tetapi virus akan melakukan sintesis dengan menggunakan sel inangnya. Setelah asam nukleat disuntikan ke dalam sel inang, segera menimbulkan perubahan-perubahan besar pada metabolisme sel yang terinfeksi (sel inang atau bakteri). Enzim penghancur yang dihasilkan oleh virus akan menghancurkan DNA bakteri yang menyebabkan sintesis DNA bakteri terhenti. Posisi ini digantikan oleh DNA virus yang kemudian mengendalikan kehidupannya. Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya, DNA virus akan mereplikasi diri berulang kali dengan jalan mengopi diri dalam jumlah yang sangat banyak. Sintesis DNA  virus dan protein terbentuk atas kerugian sintesis bakteri yang telah rusak. DNA virus ini kemudian akan mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan dijadikan kapsid virus.
d. Tahap Perakitan
Pada tahap ini, kapsid virus yang masih terpisah-pisah antara kepala, ekor, dan serabut ekor akan mengalami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh. Kemudian, kepala yang sudah selesai terbentuk diisi dengan  DNA virus. Proses ini dapat menghasilkan virus sejumlah 100-200 buah.
e. Tahap Litik
Dinding sel bakteri yang sudah dilunakkan olen enzim lisozim akan pecah dan diikuti oleh pembebasan virus-virus baru yang siap untuk mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan sel-sel bakteri secara eksplosif dapat diamati dengan mikroskop lapangan gelap. Jangka waktu yang dilewati lima tahap ini dan jumlah virus yang dibebaskan sangat bervariasi, tergantung dari jenis virus, bakteri, dan kondisi lingkungan.
2. Siklus Lisogenik
a. Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi
Tahap adsorpsi dan tahap injeksi pada siklus lisogenik sama seperti tahap adsorpsi dan tahap injeksi siklus litik.
b. Tahap Penggabungan
Tahap ini adalah tahap ketika DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri  dan terjadinya penggabungan antara DNA bakteri dan DNA virus. Proses ini terjadi ketika DNA yang berbentuk kalung tak berujung pangkal terputus dan DNA virus menyisip di antara DNA bakteri yang terputus tadi. Kemudian, terbentuklah rangkaian DNA yang utuh yang telah terinfeksi atau tersisipi DNA virus.
c. Tahap Pembelahan
DNA virus telah tersambung dengan DNA bakteri. DNA virus tidak dapat bergerak atau disebut sebagai profag. Karena bergabung dengan DNA bakteri, ketika DNA bakteri melakukan replikasi selnya secara langsung, profag juga melakukan replikasi. Demikian juga ketika sel bakteri mengalami pembelahan, secara langsung dua anak sel bakteri yang mengandung profag tersebut juga ikut mengalami pembelahan. Dengan kata lain, jumlah profag sama dengan jumlah sel bakteri inangnya.
d. Tahap Sintesis
Pada kondisi lingkungan tertentu, profag menjadi aktif. Profag dapat saja memisahkan diri dengan DNA bakteri dan merusak DNA bakteri. Kemudian menggantikan peran DNA bakteri dengan DNA virus untuk sistesis protein yang berfungsi sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan replikasi DNA.
e. Tahap Perakitan
Pada tahap ini, terjadi perakitan kapsid-kapsid virus yang utuh sebagai selubung virus. Setelah kapsid virus utuh, diisi dengan DNA hasil replikasi, terjadilah virus-virus baru.
f. Tahap Litik
Tahap ini sama dengan tahap litik pada siklus litik saat dinding bakteri akan pecah dan virus baru berhamburan keluar. Virus baru ini selanjutnya akan menyerang bakteri yang lain. Begitu seterusnya, virus akan mengalami siklus litik atau lisogenik.
E. Peran Virus dalam Kehidupan
Virus umumnya merugikan dan menyebabkan penyakit pada berbagai organisme lainnya. Organisme yang diserang meliputi hewan, manusia, tumbuhan, dan mikroorganisme. Dalam kehidupan ini, virus memiliki peran yang menguntungkan dan merugikan.
a. Peran Virus yang Menguntungkan
Virus yang menguntungkan dimanfaatkan oleh manusia dalam dunia kedokteran. Contohnya, digunakan dalam pembuatan vaksin. Vaksin merupakan bahan yang dapat menimbulkan reaksi imun (kekebalan) pada organisme yang disuntikkan vaksin. Vaksin dapat berupa virus yang dilemahkan atau bagian dari virus tersebut. Contohnya, vaksin polio. Vaksinasi ini berfungsi mencegah penyakit polio, yakni suatu kelainan pada tulang yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

b. Peran Virus yang Merugikan
Virus yang merugikan ini umumnya menyebabkan berbagai macam penyakit pada organisme lain. Virus ini menyerang manusia, hewan, dan tumbuhan.
1. Virus yang Menyerang Manusia
Virus yang menyerang manusia biasanya menyebabkan penyakit. Contohnya, HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan AIDS; virus H5N1 penyebab flu burung; virus ebola yang menyebabkan penyakit ebola; virus hepatitis yang menyebabkan penyakit hati atau hepatitis; dan virus influenza.
2. Virus yang Menyerang Hewan
Contoh penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus adalah rabies yang disebabkan rhabdovirus (Gambar 2.8). Virus rabies pada hewan ditunjukkan dengan gejala hewan menjadi agresif, gelisah, dan hilang kontrol. Hewan yang biasa diserang oleh virus ini adalah kucing, anjing, dan monyet. Hewan yang terjangkit, jika menggigit manusia dapat menularkan penyakit rabies pada manusia. Contoh lainnya adalah penyakit tetelo pada ayam yang disebut juga New Castle Disease (NCD). Gejalanya adalah mencret pada ayam.
3. Virus yang Menyerang Tumbuhan
Contoh virus yang menyerang tumbuhan adalah virus tungro. Virus ini menyerang tanaman padi. Padi ini diserang oleh virus yang menyebabkan padi menjadi kerdil. Contoh lainnya adalah virus mosaik atau Tobacco mosaic virus (TMV) yang menyebabkan penyakit mosaik pada daun tembakau.


ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA

Merupakan kelompok organisme bersel tunggal (uni seluler) dan tidak memiliki membran inti sel atau disebut prokariotik (dalam bahasa  Yunani moneresberarti “tunggal”). Organisme prokariotik berada dalam satu kingdom Monera.  Ada dua kelompok besar organisme prokariotik yaitu Archaeobacteria dan Eubacteria. Contoh organisme prokariotik adalah bakteri.

A. Eubacteria (Bakteri)
Organisme prokariotik merupakan organisme yang paling banyak di bumi. Bahkan, jumlah organisme prokariotik yang berada di mulut, kulit, atau segumpal tanah jauh melebihi jumlah manusia di bumi. Selain jumlahnya paling banyak, organisme prokariotik merupakan organisme yang paling mudah berkembangbiak dan memperbanyak diri. Anggota terbesar kelompok organisme prokariotik adalahbakteri.
1. Struktur dan Bentuk Bakteri
Sel bakteri berukuran sangat kecil dan bentuknya sederhana. Rata-rata panjangnya antara 2 – 10 mikrometer dan diameternya antara 0,1 – 2 mikrometer. Sel bakteri merupakan sel prokariotik (belum memiliki membran nukleus) yang dilingkupi oleh membran sel dan dinding sel yang kaku. Beberapa jenis bakteri mempunyai flagella dan pili pada permukaan selnya.
a. Bentuk Bakteri
  1. Basil
    Sel bakteri basil berbentuk silindris seperti batang. Ujung sel bervariasi seperti persegi, bundar, meruncing, dan sebagainya. Pola penataan sel bakteri bentuk basil adalah sebagai berikut.
    • Monobasilus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk basil yang hidup soliter.
    • Diplobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berpasangan dua-dua.
    • Streptobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berkoloni memanjang membentuk rantai.
  2. Kokus
    Sel bakteri kokus berbentuk seperti bola, yang memiliki beberapa pola penataan.
    • Monokokus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk kokus yang hidup sendiri.
    • Diplokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berpasangan dua-dua yang saling melekat.
    • Tetrakokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan pada setiap kelompok terdiri dari empat sel yang saling melekat.
    • Streptokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkoloni saling berikatan memanjang seperti rantai.
    • Sarkina, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan saling berikatan dengan penataan seperti kubus.
    • Stafilokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dengan pola penataan yang tidak teratur, atau menyerupai gerombolan buah anggur.
  3. Spirilum
    Bakteri spirilum berbentuk panjang dan lengkung menyerupai spiral, berkelok, atau melengkung. Biasanya bakteri bentuk ini hidup soliter, tidak membentuk koloni. Meskipun bentuk dasarnya sama, tiap jenis bakteri spirilum mempunyai perbedaan dalam hal panjang, jumlah lekukan, panjang lekukan, dan kerapatan lekukan

b. Flagela dan Pili
Beberapa jenis bakteri mempunyai flagela yang kecil, kaku, dan berpilin yang dapat digunakan untuk berpindah tempat dengan gerakan berenang. Flagela bakteri panjangnya berkisar antara 3 – 12 nanometer, dengan diameter antara 10 – 20 nanometer. Tidak semua bakteri mempunyai flagela, umumnya hanya bakteri bentuk basil dan spirilum yang memilikinya. Berdasarkan letak flagelanya, bakteri dibedakan menjadi 5 kelompok.
  1. Atrik, yaitu bakteri yang tidak mempunyai flagela.
  2. Monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai satu buah flagela.
  3. Lofotrik, yaitu bakteri yang mempunyai sekelompok flagela pada salah satu ujung sel.
  4. Amfitrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagela pada dua ujung sel, baik flagela tunggal maupun berkelompok pada setiap ujung selnya.
  5. Peritrik, yaitu bakteri yang seluruh permukaan sel dikelilingi oleh flagela.

Beberapa bakteri, misalnya Escherichia coli dan Neisseria gonorrhoeae mempunyai bentuk seperti flagela pendek dan lurus yang disebut pili. Pili (disebut juga fimbria) berukuran lebih pendek dari flagela, panjangnya hanya beberapa mikrometer dengan diameter yang lebih kecil dan bentuk yang lebih lurus dibandingkan flagela. Pili umumnya hanya ditemukan pada bakteri gram negatif. Pili berguna sebagai alat bantu bakteri untuk menempel di berbagai permukaan, termasuk pelekatannya pada jaringan hewan atau tumbuhan yang ditempeli. Pada sel-sel bakteri yang melakukan konjugasi (pertukaran materi genetik), pertukaran ADN antara dua sel terjadi melalui pili khusus yang disebut pili seks.
c. Kapsul
Beberapa jenis bakteri seperti Penumococcus (penyebab penyakit pneumonia) selnya dikelilingi oleh lapisan lendir kental yang disebut kapsul. Ketebalan kapsul bervariasi dari sangat tipis hingga sangat tebal. Kapsul dibuat di dalam sitoplasma dan dikeluarkan melewati dinding sel. Kapsul biasanya tersusun atas polimer karbohidrat sederhana. Selain sebagai pelindung kapsul juga berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada bakteri patogen seperti Streptococcus pneumoniae, kapsul berhubungan dengan sifat patogenitasnya. Bakteri yang kehilangan kapsulnya akan kehilangan kemampuan untuk menginfeksi.
d. Dinding Sel
Sel bakteri dibatasi oleh membran sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel bakteri berbeda dengan dinding sel
tumbuhan, karena tidak mengandung selulosa dan susunannya lebih rumit. Tebal dinding sel bakteri umumnya
berkisar antara 10 – 35 nanometer. Adanya dinding sel menyebabkan bentuk sel bakteri selalu tetap. Dinding sel
bakteri tersusun atas peptidoglikan atau mukopeptida, yaitu polisakarida yang berikatan dengan protein. Bakteri gram positif dinding selnya cukup tebal, terdiri dari satu lapis yang banyak mengandung peptidoglikan dan asam tekoat. Bakteri gram negatif dinding selnya lebih tipis, terdiri atas 3 lapis dengan lapisan tengah berupa peptidoglikan dan tidak mengandung asam tekoat.
e. Struktur Sel
Berbatasan dengan dinding sel terdapat membran sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat beberapa organel yang penting untuk kehidupan sel bakteri.
  1. Membran sitoplasma
    Membran sel tersusun atas protein dan lemak seperti membran sel eukariotik. Pada tempat-tempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat tonjolan-tonjolan ke dalam membentuk struktur yang disebut mesosom. Adanya mesosom akan memperluas permukaan sel sebelah dalam. Pada mesosom terdapat banyak enzim, sehingga diperkirakan menjadi tempat pembentukan energi bagi bakteri. Mesosom juga berperan dalam sintesis dinding sel dan pembelahan sel.
  2. Sitoplasma
    Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya reaksi biokimiawi dalam metabolisme sel. Sitoplasma tersusun atas koloid yang berisi nutrien, inklusi, ribosom, enzim, dan ADN. Inklusi merupakan suatu kantong yang dibatasi membran serupa dengan membran sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil metabolisme. Terdapat beberapa jenis inklusi, misalnya inklusi yang berisi glikogen, volutin (suatu bentuk fosfat anorganik), dan lemak.
  3. Spora dan Kista
    Beberapa jenis bakteri menghasilkan spora, baik di luar sel (eksospora) maupun di dalam sel (endospora). Spora merupakan sel bakteri yang dorman (tidak aktif) yang terbentuk karena kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora ini tahan terhadap radiasi sinar ultraviolet, panas, dan kekeringan serta tahan terhadap bahan kimiawi seperti desinfektan. Jika kondisi lingkungan telah sesuai, spora akan berkecambah dan menghasilkan sel bakteri seperti sel asalnya. Contoh bakteri yang menghasilkan endospora adalah Bacillus dan Clostridium. Pada Azotobacter dan Bdellovibrio bila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, sel membentuk dinding yang lebih tebal dan menjadi dorman. Struktur seperti ini disebut kista.

2. Nutrisi dan Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Untuk dapat hidup, bakteri memerlukan nutrisi yang tepat. Semua sel bakteri membutuhkan sumber karbon, nitrogen, belerang, fosfor, garam-garam anorganik (misalnya kalium, magnesium, natrium, kalsium, dan besi), dan sejumlah mikronutrien (antara lain seng, tembaga, mangan, selenium, tungsten, dan molibdenum dalam jumlah sedikit). Terdapat dua jenis sumber karbon bagi bakteri, yaitu karbon yang berasal komponen organik dan dari komponen anorganik.
Berdasarkan cara memperoleh makanan (sumber karbon), bakteri dibedakan menjadi bakteri heterotrof dan autotrof.
  1. Bakteri Heterotrof

Bakteri heterotrof memerlukan karbon yang berasal dari komponen organik. Bakteri jenis ini tidak dapat membuat senyawa organik dari substansi anorganik sederhana, jadi selalu hidup dengan memperoleh makanan dari  organisme lain. Kelompok terbesar bakteri heterotrof adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang memperoleh zat organik dari penguraian sampah, bangkai, kotoran, dan sebagainya. Dalam proses penguraian itu dihasilkan CO2, H2O, energi, dan mineral-mineral. Kelompok bakteri heterotrof yang lain memperoleh makanan langsung dari organisme lain, disebut bakteri parasit. Bakteri parasit ditemukan pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri parasit yang menyebabkan penyakit disebut bakteri patogen, misalnya Bacillus antrachis yang menyebabkan penyakit antraks pada sapi. Beberapa jenis bakteri parasit tidak menimbulkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya dan disebut bakteri apatogen, misalnya Escherichia coli yang hidup di usus besar manusia.
  1. Bakteri Autotrof

Bakteri autotrof dapat menggunakan karbon anorganik atau karbon dioksida bebas (CO2) sebagai sumber karbon. Bakteri jenis ini dapat membuat senyawa organik dari zat-zat anorganik, jadi dapat menyusun makanan sendiri. Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis senyawa organik, bakteri autotrof dibedakan menjadi bakteri fotoautotrofdan bakteri kemoautotrof. Bakteri fotoautotrof menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa organik yang diperlukan melalui proses fotosintesis. Bakteri ini mempunyai klorofil yang disebut bakterioklorofil. Contohnya adalah bakteri sulfur hijau, bakteri sulfur ungu, dan bakteri nonsulfur ungu. Proses fotosintesis pada bakteri dilakukan secara anaerobik dan tidak dihasilkan oksigen. Bakteri kemoautotrof menggunakan energi kimia dari oksidasi molekul organik untuk menyusun makanannya. Molekul organik yang dapat digunakan oleh bakteri kemoautotrof adalah senyawa nitrogen, belerang, dan besi, atau dari oksidasi gas hidrogen. Dalam prosesnya bakteri ini membutuhkan oksigen. Contohnya adalah bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen.
Selain ketersediaan nutrisi, bakteri juga memerlukan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk tumbuh optimum. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi aktivitas dan pertumbuhan bakteri. Berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri.
a. Oksigen
Reaksi biokimiawi dalam proses metabolisme memerlukan energi yang dihasilkan melalui respirasi. Dalam respirasi, ada bakteri yang memerlukan oksigen dan ada pula yang tidak memerlukan oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.
  • Bakteria erob obligat
Bakteri aerob obligat memerlukan oksigen bebas dalam proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang cukup tersedia oksigen. Oksigen diperlukan untuk memecah bahan organik (zat makanan) sehingga diperoleh energi. Bakteri jenis ini menyukai tempat hidup yang dapat berhubungan dengan udara bebas. Contohnya adalah Bacillus substilis, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium tuberculosis, dan Thiobacillus ferooxidans.
  • Bakteri anaerob obligat
Bakteri anaerob obligat tidak memerlukan oksigen bebas untuk melangsungkan proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang tidak mengandung oksigen bebas. Untuk respirasinya, bakteri jenis ini mempunyai enzim tertentu yang spesifik guna memecah bahan organik (menghasilkan energi) dalam keadaan anarob.Contoh bakteri anaerob obligat adalah Clostridium tetani, Methanobacterium, dan Bacteroides.
  • Bakteri anaerob fakultatif
Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen yang rendah. Oksigen tidak diperlukan dalam pembentukan energi, tetapi dapat memacu proses metabolisme, sehingga keberadaan sedikit oksigen mengakibatkan proses respirasi lebih efisien dibandingkan keadaan anaerob. Contohnya adalah Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
b. Suhu
Laju pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum yang dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda. Suhu optimum merupakan suhu yang paling baik/sesuai untuk kehidupan suatu jenis bakteri.
Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.
  • Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. Contoh bakteri psikrofil adalah PseudomonasFlavobacterium,Achromobacter, dan Alcaligenes.
  • Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C. Umumnya bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan merupakan bakteri mesofil.
  • Bakteri termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur optimumnya antara 55 – 60°C. Bakteri ini dijumpai pada sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticusSulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.
c. Kelembapan
Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan lingkungan menjadi kering, kegiatan
metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.
d. Tekanan Osmosis
Sel bakteri mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri berada pada lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang pekat) pertumbuhannya akan terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel. Namun demikian beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi. Bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi disebut bakteri halofil, misalnya Halobacterium.
e. Derajat Keasaman (pH)
Setiap jenis bakteri menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini berkaitan dengan batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar batas nilai optimum menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu. Beberapa jenis bakteri dapat hidup dengan baik pada pH tinggi (lingkungan bersifat basa) maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat asam), namun kebanyakan bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5. Thiobacillus ferrooxidans dapat tumbuh dengan baik pada pH 1,3.
f. Radiasi
Pada umumnya radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu energi radiasi dari sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan makanan.
g. Senyawa Kimia
Beberapa bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
3. Perkembangbiakan dan Rekombinasi pada Bakteri
Bakteri berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Pada akhir pembelahan sel, membran plasma dan
dinding sel tumbuh ke arah dalam yang membagi sel menjadi dua. Dinding sel yang baru kemudian memisahkan kedua sel anak. Bila dinding sel ini tidak memisah atau memisah kurang sempurna, maka akan terbentuk rantai/koloni bakteri.
Pada bakteri tidak ditemukan reproduksi seksual yang melibatkan peleburan sel gamet dengan diikuti pengurangan jumlah kromosom. Namun pada beberapa bakteri terjadi permindahan bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain. Sel yang memberikan bahan genetik disebut sel donor dan sel yang menerima bahan genetik disebut sel resipien. Penggabungan dua jenis bahan genetik ini disebut rekombinasi. Rekombinasi bahan genetik dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu transformasi,konjugasi, dan transduksi.
  • Transformasi
    Transformasi adalah pemindahan bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain tanpa melalui kontak langsung. Pada keadaan tertentu (misalnya perlakuan dengan kalsium klorida/CaCl2) bakteri dapat mengambil potongan ADN dari luar sel secara langsung. Pemindahan materi genetik juga dapat berlangsung melalui perantaraan plasmid. Jika plasmid suatu bakteri masuk ke dalam bakteri yang lain maka akan terjadi rekombinasi. Contoh bakteri yang diketahui dapat melakukan transformasi secara alami adalah Haemophilus,NeisseriaStreptococcus, dan Bacillus.
  • Konjugasi
    Konjugasi adalah pemindahan bahan genetik dari sel donor ke sel resipien secara langsung melalui saluran konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan. Melalui saluran konjugasi ini materi genetik sel donor berpindah ke sel resipien sehingga terjadi rekombinasi genetik. Tentu kamu masih ingat struktur pili pada permukaan sel bakteri. Pili inilah yang digunakan sebagai saluran konjugasi yang disebut pili seks.
  • Transduksi
    Transduksi adalah pemindahan bahan genetik melalui perantaraan virus bakteri (bakteriofag). Coba kamu ingat lagi proses replikasi virus. Ketika terjadi sintesis partikel-partikel virus, sebagian kecil ADN sel inang dapat bergabung dengan materi genetik virus. Jika virus ini kemudian menginfeksi bakteri yang lain, maka fragmen-fragmen ADN bakteri yang terbawa dapat bergabung dengan ADN sel inang yang menyebabkan terjadinya rekombinasi.
4. Peran Bakteri dalam Kehidupan
Dalam ekosistem bakteri berperan penting sebagai pembusuk yang menguraikan bahan-bahan organik dan sisa-sisa
organisme menjadi bahan anorganik yang dapat digunakan tumbuhan. Diperkirakan dalam satu gram tanah yang subur terdapat miliaran bakteri beserta ribuan mikroorganisme lain.
a. Bakteri yang Menguntungkan
Bakteri menghasilkan antibiotik seperti tirotrisin, basitrasin, streptomisin, teramisin, dan polimiksin yang berguna dalam pengobatan. Beberapa jenis bakteri dimanfaatkan secara luas untuk membuat bahan organik dan makanan seperti keju, asam asetat, dan berbagai asam amino. Berikut ini adalah beberapa contoh bakteri yang menguntungkan.
  1. Lactobacillus bulgaricus dan L. acidophilus untuk membuat yoghurt.
  2. Lactobacillus casei digunakan dalam pembuatan keju.
  3. Rizobium bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dapat menambat nitrogen dari udara bebas
    sehingga dapat menyuburkan tanah.
  4. Acetobacter xylinum digunakan dalam proses pembuatan nata de coco dari air kelapa.
  5. Escherichia coli yang hidup di dalam usus besar manusia membantu membusukkan sisa-sisa makanan dan menghasilkan vitamin K.
  6. Streptococcus griceus menghasilkan antibiotik streptomisin.
  7. Pada pengolahan limbah, diperlukan bakteri aerob untuk mengoksidasi limbah, sehingga daya racun limbah terhadap lingkungan berkurang.
  8. Pada pembuatan biogas, bakteri mengubah sampah dan kotoran menjadi biogas yang terutama terdiri atas gas metana. Gas metana dapat digunakan sebagai bahan bakar dan penerangan.
  9. Dalam rekayasa genetika, ADN bakteri dimodifikasi sehingga menghasilkan protein tertentu yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian dapat diperoleh sejumlah besar protein/enzim dalam waktu relatif singkat.
b. Bakteri yang Merugikan
Banyak bakteri yang bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri juga menyebabkan banyak kerusakan pada makanan, bahan pangan, dan menghasilkan toksin/racun. Berikut ini contoh beberapa jenis bakteri yang merugikan.
  1. Clostridium tetani menyebabkan penyakit tetanus.
  2. Salmonella typhi menyebabkan penyakit tifus.
  3. Diplococcus pneumonia menyebabkan penyakit pneumonia/radang paru-paru.
  4. Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada sapi, kerbau, dan domba.
  5. Aspergillus flavus merusak biji kacang-kacangan yang disimpan dan menghasilkan racun aflatoksin yang berbahaya.
  6. Erwinia tracheiphila menyebabkan penyakit busuk daun pada tanaman labu.
c. Usaha Pencegahan
Usaha untuk mencegah serangan bakteri adalah menjaga kebersihan, pola hidup higienis, dan melakukan sterilisasi pada peralatan. Penyakit karena bakteri dapat diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Serangan bakteri pada tanaman dapat diatasi dengan pemberian bakterisida. Untuk mencegah kerusakan makanan dan bahan pangan dilakukan berbagai upaya pengawetan seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan, pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan, dibuat manisan, pasteurisasi, radiasi, dan menggunakan bahan kimia.
B. Archaebacteria
Archaebacteria meliputi kelompok bakteri yang mempunyai beberapa perbedaan komposisi sel, fisiologi, dan materi genetik dengan kelompok Eubacteria. Organisme dalam kelompok Archaebacteria disebut arkae. Perbedaan pokok antara Archaebacteria dengan Eubacteria adalah komposisi lemak pada dinding sel dan perbedaan lintasan metabolisme, enzim, dan kofaktor enzim. Dinding sel Archaebacteria tidak mengandung peptidoglikan, atau jika ada tidak mengandung asam muramat. Meskipun dapat bersifat gram positif atau gram negatif, dinding sel arkae secara struktural berbeda dengan dinding sel bakteria. Archaebacteria tidak dapat membentuk spora. Kebanyakan bersifat anaerob meskipun beberapa jenis bersifat aerobik, anaerobik, dan anaerobik fakultatif. Di dalam selnya tidak mengandung klorofil. Beberapa jenis Archaebacteria mempunyai flagella untuk bergerak. Ribosom arkae mempunyai komposisi protein yang berbeda dengan ribosom bakteri.
Archaebacteria dapat ditemukan di daratan maupun di perairan dan dapat hidup di lingkungan yang tidak menguntungkan, yaitu dapat hidup di perairan panas dan berkadar garam tinggi. Bentuk sel bervariasi, misalnya berbentuk seperti bola, batang, dan spiral. Kelompok bakteri ini bereproduksi dengan pembelahan sel, membentuk tunas, dan fragmentasi benang pada Archaebacteria yang hidup berkoloni.
1. Jenis-Jenis Archaebacteria
Dalam sistem klasifikasi modern, Archaebacteria dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu krenarkaeota,
euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota merupakan kelompok yang penting, terdiri dari metanokokus, metanopiri, metanobakter, halobakteri, termoplasma, termokokus, dan arkaeoglobi. Berdasarkan keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok.
a. Archaebacteria Halofil
Archaebacteria ini ditemukan di lingkungan berkadar garam tinggi. Contohnya adalah Halobacterium yang dapat tumbuh optimum pada kadar garam setinggi 20 – 30 persen. Jika konsentrasi garam turun, sel Halobacterium mengalami lisis sehingga rusak dan mati.
b. Archaebacteria Metanogen
Archaebacteria metanogen memperoleh energi dari metabolisme yang mengubah senyawa karbon dioksida dan hidrogen menjadi gas metana. Senyawa yang dapat diubah menjadi metana oleh orgnisme ini antara lain methanol, asam formiat, asam asetat, dan metal alamin. Dalam dekomposisi senyawa organik misalnya selulosa, pati, protein, asam amino, lemak, dan alkohol Archaebacteria metanogen membutuhkan bakteri anaerob lain yang dapat mengubah senyawa itu menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Gas karbon dioksida dan hidrogen ini kemudian digunakan oleh Archaebacteria metanogen.
Semua Archaebacteria metanogen bersifat anaerobik. Archaebacteria jenis ini sering ditemukan pada sisa-sisa  tanaman yang membusuk secara anaerobik. Bakteri ini juga ditemukan hidup di tanah, kolam, dan di saluran pencernaan hewan ruminansia. Archaebacteria metanogen berperan penting pada degradasi limbah di unit pengolahan limbah. Contoh Archaebacteria metanogen adalah Metanococcus,Metanobacter, dan Metanomicrobium.
c. Archaebacteria Termofil
Archaebacteria ini dapat hidup di lingkungan bersuhu relatif tinggi, lebih tinggi daripada suhu yang ditolerir Eubacteria, yaitu mencapai suhu 80° – 110°C. Suhu setinggi ini biasanya dijumpai di tempat pembuatan kompos, sumber air panas, dan daerah geothermal di laut dalam. Thermus aquaticus ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 79°C. Beberapa jenis Archaebacteria termofil lain bergantung pada keberadaan sulfur dalam metabolismenya. Contoh Archaebacteria termofil adalah Sulfolobus, Termoplasma, Pyrodictium, dan Termococcus.
2. Peranan Archaebacteria
Archaebacteria membantu pencernakan makanan pada ruminansia. Bakteri metanogen digunakan untuk degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Membantu pembuatan kompos dan biogas. Sampai saat ini tidak ditemukan Archaebacteria yang menyebabkan penyakit pada organisme lain.
C. Cyanobacteria
Anabaena-Cyanobacteria yang berbentuk filamen.
Cyanobacteria juga disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Cyanobacteria merupakan kelompok bakteri yang mempunyai klorofil di dalam sitoplasmanya sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cyanobacteria dapat ditemukan hampir di semua tempat yang lembab seperti tanah yang lembab, perakaran tanaman, dan hampir di semua lingkungan perairan, dari mata air panas sampai ke danau beku di Antartika. Namun Cyanobacteria tidak ditemukan pada lingkungan perairan yang asam.
1. Ciri dan Struktur Cyanobacteria
Ciri dan struktur Cyanobacteria menyerupai bakteri pada umumnya. Semua Cyanobacteria mengandung klorofil a seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klorofil pada bakteri disebut bakterioklorofil. Selain klorofil a, Cyanobacteria mempunyai beberapa pigmen tambahan termasuk karotenoid. Warna biru pada Cyanobacteria disebabkan oleh pigmen biru atau fikosianin. Beberapa jenis Cyanobacteria juga mempunyai pigmen merah atau fikoeritrin di dalam selnya. Klorofil dan pigmen-pigmen tambahan itu tidak terdapat dalam plastida, melainkan tersebar pada sistem membran sel.
Dinding sel Cyanobacteria tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun dari peptidoglikan seperti dinding sel bakteri. Jika dites dengan pewarna gram, dinding sel Cyanobacteria menunjukkan sifat sebagai gram negatif. Cyanobacteria menyimpan cadangan makanan berupa polisakarida yang disebut sianofisin. Selain karbohidrat, Cyanobacteria juga menyimpan lemak dan protein.  Sel-sel Cyanobacteria tidak mempunyai silia, flagela, maupun alat penggerak yang lain. Namun demikian beberapa Cyanobacteria yang berbentuk filamen dapat bergerak.
Semua Cyanobacteria berukuran mikroskopis, namun sering tumbuh dalam kelompok yang besar sehingga panjangnya dapat mencapai lebih dari satu meter. Cyanobacteria ada yang hidup uniseluler dan ada yang berkoloni. Contoh Cyanobacteria uniseluler adalah Croococcus dan Gloeocapsa. Koloni Cyanobacteria dapat berbentuk seperti benang atau filamen, bercabang-cabang, atau tidak beraturan. Setiap sel dalam koloni bereproduksidengan membelah. Sel baru yang dihasilkan dapat tetap berkoloni atau melepaskan diri dan membentuk koloni yang terpisah. Pada Cyanobacteria yang berkoloni, sel satu dengan yang lain saling melekat pada dinding selnya tanpa ada hubungan sitoplasma. Jadi setiap sel dalam koloni tetap hidup secara mandiri. Contoh Cyanobacteria berkoloni adalah Polycistisdan Spirulina.
2. Reproduksi Cyanobacteria
Reproduksi Cyanobacteria uniseluler adalah dengan pembelahan sel. Cyanobacteria yang berkoloni melakukan reproduksi dengan fragmentasi. Fragmen multiseluler yang dihasilkannya disebut hormogonium. Pada Cyanobacteria yang berkoloni berbentuk filamen, misalnya Nostoc dan Anabaena, dapat membentuk heterosista, yaitu sel-sel berukuran lebih besar dengan dinding berlapis banyak yang berbeda dengan sel-sel di sekitarnya. Di dalam sel ini terletak tilakoid yang tertata dalam pola konsentris. Heterosista dapat melepaskan diri dari filamen induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Pada keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, sel-sel vegetatif Cyanobacteria dapat berubah menjadi spora berdinding tebal yang disebut akinet. Di dalam akinet terkonsentrasi cadangan karbohidrat sianofisin yang mengandung protein. Akinet sangat tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan masih dapat berkecambah untuk menghasilkan individu baru setelah melampaui masa dorman yang lama, mencapai 87 tahun. Pada Cyanobacteria juga ditemukan rekombinasi genetik seperti pada bakteri.
3. Peran Cyanobacteria dalam Kehidupan
Beberapa Cyanobacteria berperan sebagai plankton di lautan. Jenis Cyanobacteria yang lain hidup di air tawar. Cyanobacteria yang hidup di sekitar mata air panas sering membentuk lapisan endapan kapur yang tebal di sekitar koloninya. Beberapa jenis Cyanobacteria dapat menambat nitrogen misalnya Nostoc, sehingga dapat hidup di bebatuan dan tanah yang tandus. Cyanobacteria yang bersimbiosis dengan tumbuhan air dapat menyuburkan perairan. Contohnya Anabaena azolae yang bersimbiosis dengan Azola pinata. Cyanobacteria lain mampu mengikat nitrogen bebas adalah Nostoc, dan Gloeocapsa. Cyanobacteria dapat bersimbiosis dengan amoeba, protozoa berflagela, diatom, alga hijau tak berklorofil, Cyanobacteria yang lain, tumbuhan tingkat tinggi, dan cendawan. Beberapa jenis Cyanobacteria dikembangkan sebagai sumber makanan atau protein sel tunggal. Salah satu jenis yang populer adalah Spirulina yang mengandung protein tinggi dan aman dikonsumsi.
Beberapa Cyanobacteria yang hidup di perairan menghasilkan racun, sehingga dapat membunuh organisme yang
hidup/menggunakan air di perairan tersebut. Cyanobacteria juga dapat hidup di tembok dan batu (candi) sehingga merusak bangunan dari tembok dan batu.


PROTISTA



Pengertian Protista
Kingdom Protista adalah makhluk eukariotik paling sederhana, tetapi lebih kompleks dalam hal struktur, fungsi, tingkah laku, dan ekologinya dibanding dengan archeobacteria dan eubacteria. Protista merupakan makhuk hidup bersel satu atau bersel banyak dan telah mempunyai membran inti.
Ciri Protista
1.      Bersel eukariotik.
2.      Bentuk tubuh organisme golongan protista amatlah beragam.
3.      Respirasi secara aerobik.
4.      Sebagian besar bersifat uniselular, beberapa membentuk koloni. Ada juga yang multiseluler, terdiri dari banyak sel. Protista multiselular mempunyai tubuh yang sederhana tanpa jaringan terspesialisasi.
5.      Ada yang bereproduksi secara aseksual dan ada juga yang seksual.
6.      Sebagian protista hidup bebas, tetapi ada juga yang bersimbiosis dengan organisme lain.
7.      Kebanyakan hidup di perairan, laut, atau perairan tawar.
8.      Bergerak aktif seperti hewan dan berklorofil seperti tubuhan, serta mempunyai siklus hidup dan reproduksi yang mirip dengn jamur.

Klasifikasi Protista
1.      Berdasarkan caranya memperoleh makanan, protista dibagi menjadi tiga golongan berikut ini :
a.      Protista autotrof => Memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.
Contoh : alga, meliputi filum Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrhophyta, dan Phaeophyta.
b.      Protista hetotrof => Memperoleh makanan dengan cara fagositosis
Contoh : Protozoa, meliputi filum Mastigophora, Sarcodina, Ciliophora, dan Sporozoa
c.      Protista yang mencerna makanan di lluar sel (ekstraeluler), dan kemudian menyerap hasilnya yang berupa sari-sari makanan.
Contoh : Jamur lendir dan jamur air.

2.      Berdasarkan ciri yang dimilikinya, organisme protista dikelompokkan menjadi :
a.      Protozoa (protista mirip hewan).
b.      Alga (protista mirip tumbuhan).
c.      Jamur (protista mirip jamur).

A.     Protozoa (Protista mirip hewan)


1.      Ciri-ciri protozoa
·        Uniseluler (kecuali Paramecium) dan tidak memiliki dinding sel, tubuh belum terdiferensiasi secara jelas.
·        Bersifat fagositosis, soliter, atau koloni, ada yang memiliki semacam rangka.
·        Dapat ditemukan pada air tawar, air laut, dalam tanah, hutan, sawah, aatau parasit pada organisme lain.
·        Ada yang bergerak dan ada yang tiak bergerak. Protozoa bergerak dengan flagel, pseudopodia, silia, atau dengan gerakan sel itu sendiri.
·        Cara hidup heterotrof (saprofit atau parasit)
·        Berkembangbiak dengan cara vegetatif dengan membelah diri dan generatif sdengan konjugasi.
·        Dalam kondisi yang tidak menguntungkan, protozoa membentuk kista, yaitu selaput tebal untuk melindungi diri.

2.      Struktur Tubuh Protozoa
·        Ukuran tubuh mulai dari 10 mikron-6mm.
·        Bentuk protozoa bervariasi, yaitu asimetris, bilateral, simetris, radial simetris, dan spiral.
·        Secara umum tubuh protozoa dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu membran plasma terdiri dari senyawa lipoprotein, sitoplasma yang bersifat koloid, dan inti sel

Klasifikasi Protozoa
a.      Kelas Rhizopoda (Sarcodina) 

Rhizopoda berasal dari kata rhizo yang berarti akar dan podos yang berarti kaki, yaitu protozoa yang bergerak dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kelas Rhizopoda memiliki ciri-ciri:
1) Alat gerak berupa kaki semu
2) Habitat di air dan parasit pada tubuh hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara membelah diri
Contoh :
Nama
Tempat hidup
Keterangan
Entamoeba
Rongga usus besar
Parasit
Entamoeba coli
Rongga usus besar
Parasit
Entamoeba hartmani
Rongga usus besar
Parasit
Jod amoeba butschlli
Rongga usus besar
Parasit
Dientamoeba fragillis
Rongga usus besar
Parasit
Endolimax nana
Rongga usus besar
Parasit
Entamoeba gingivalis
Mulut
Parasit
Amoeva proteus
Di perut bumi
Saprofit

b.      Kelas Flagellata (Mastigophora) 


Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti bulu cambuk yaitu protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu cambuk kelas flagellata mastigophora memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa bulu cambuk
2) Hidup di air laut air tawar dan parasit pada tubuh hewan atau manusia
3) Cara hidup dengan soliter atau koloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
Contoh :
Nama
Penyakit yang ditimbulkan
Trypanosoma gambiense dan trypanosoma rhodesiense
Parasit dalam darah manusia dan dapat menyebabkan penyakit tidur
Trypanosoma cruzi
Penyakit chagas di Amerika
Trypanosoma evansi
Penyakit surra pada hewan
Trypanosoma brucei
Penyakit nagana pada sapi dan kerbau
Trypanosoma vaginalis 
Keputihan pada vagina manusia
Trypanosoma foetus
Parasit pada vagina sapi

c.       Kelas Ciliata (Ciliophora)

Ciliata  berasal dari kata Cilia yang berarti bulu getar, yaitu protozoa yang memiliki alat gerak berupa bulu getar. Kelas ciliata (ciliophora) memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa rambut getar
2) Hidup di air tawar dan tempat-tempat yang lembab
3) Cara hidup soliter atau berkoloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi
Contoh ciliata yang hidup bebas adalah paramecium caudatum, dan yang hidup parasit adalah nyctoterus ovalis (yang hidup di dalam usus kecoa) dan balantidium coli (yang parasit pada babi dan dapat menyebabkan penyakit balantidiosis (disentri balantidium). Sedangkan contoh hewan ciliata yang lainnya adalah :
1) Stentor, hidup di sawah sawah atau air tergenang banyak mengandung bahan organik
2) Didinium, merupakan pemangsa paramecium, hidup di perairan yang banyak protozoa
3) Vorticella, bentuk seperti lonceng silia terdapat di sekitar mulut sel
4) Stylonichia, mirip dengan paramecium, silia berkelompok disebut sirus, hidup di perairan yang banyak    mengandung sampah organik.

d.      Kelas Sporozoa

Sporosoa berasal dari kata spora yang berarti benih dan zoon yang berarti hewan, merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak. kelas sporozoa memiliki ciri ciri :
1) Tidak memiliki alat gerak
2) Hidup sebagai parasit pada sel darah merah manusia atau hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara aseksual dengan sporofit dan seksual dengan gametofit
Contoh :
1) Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
2) Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria quartana.
3) Plasmodium Ovale, penyebab penyakit limpa.
4) Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika.

B. Alga/Ganggang (Protista mirip tumbuhan)

Dalam sistem lima kingdom Alga tidak masuk dalam kingdom plantae. Alga masuk dalam kingdom protista karena memiliki ciri-ciri tubuh tersusun dari satu atau banyak sel, yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan khusus. Alga mikroskopis dapat dijumpai hampir di segala lingkungan yang terkena sinar matahari. Alga mikroskopis ini merupakan bagian dari fitoplankton yang berguna sebagai makanan penting bagi organisme lain.

1. Ciri-ciri Alga
Alga memiliki ciri dan sifat sebagai berikut.
a.      Termasuk organisme fotosintetik.
b.      Bersifat eukariotik karena sudah memiliki inti sel dengan membran inti yang menyelubunginya.
c.      Tubuh alga disebut sebagai thallus karena belum dapat dibedakan akar,batang, dan daun.
d.      Memiliki kloroplas,dijumpai di tempat lembab, air tawar, air laut, atau menempel pada pohon. 
e.      Organisme ini dapat hidup sebagai Plankton (mengapung, terbawa arus) bentos (di dasar perairan) atau perifiton (menempel).
f.       Ada yang uniseluler bersifat soliter dan koloni, dan ada yang multiseluler berbentuk benang atau lembaran.
g.      Ada yang mikroskopis dan ada pula yang makroskopis.
h.      Beberapa Alga dapat merugikan manusia karena menghasilkan racun, anti bakteri, atau bersifat parasit.
i.       spesies tertentu dapat berperan sebagai bioindikator, bioremediator, atau sebagai sumber makanan tambahan.

2. Klasifikasi Alga
Berdasarkan pigmen yang dikandungnya, alga dibedakan menjadi beberapa filum sebagai berikut.
a.      Euglenophyta

Euglenophyta memiliki ciri-ciri :
1)      Organisme yang mirip hewan dan tumbuhan.
2)      Mempunyai klorofil (klorofil a dan b) serta mengandung karoten dan dapat melakukan fotosintesis.
3)      Mempunyai bintik mata dan selnya tidak berdinding.
4)      Dapat bergerak bebas .
5)      Habitat di air tawar atau tempat yang lembab.
6)      Reproduksi dengan membelah diri (pembelahan biner).
Contoh : Euglena.

b.      Chrysophyta (Ganggang Keemasan)

Secara umum Chrysophyta memiliki ciri-ciri :
1) habitatnya ada yang di air laut dan ada yang di air tawar.
2) ada yang bersel tunggal dan ada yang bersel banyak
Chrysophyta dibagi ke dalam tiga kelas yaitu :
1)      Ganggang hijai-kuning (Xanthophyceae)
Xanthophyceae memiliki ciri-ciri :
Memiliki klorofil dan xantofil. umumnya berbentuk filamen dan tidak berserat.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora contoh : Vaucheria. 
2)      Ganggang cokelat keemasan (Chrysophyceae)
Chrysophyceae memiliki ciri-ciri :
a)      Mempunyai pigmen klorofil dan karoten.
b)      Ada yang uniseuler, contohnya Ochromonas dan ada pula yang membentuk koloni, contohnya Synura.
c)      Hasil fotosintesis disimpan sebagai karbohidrat dan minyak.
3)      Bacillariophyceae (Diatom)
Bacillariophyceae memiliki ciri-ciri :
a)      Banyak terdapat di permukaan tanah basah.
b)      Ada yang uniseluler dan ada yang berkoloni.
c)      Dinding sel terdiri dari epiteka dan hipoteka.
d)      Reproduksi aseksual dengan membelah diri.
Contoh : Navicula, Pinnularia, dan Cyclotella.


c.      Pyrrhophyta (Ganggang Api)

Semua anggota ganggang api mempunyai dua flagel, oleh sebab itu disebut juga dinoflagellata (dino=dua). Pyrrhophyta (ganggang api) mempunyai ciri-ciri :
1)      Uniseluler dapat bergerak aktif. 
2)       Selnya berdinding dan di sebelah luar sel terdapat alur masing-masing mengandung satu flagela.
3)      Mempunyai plastida yang mengandung klorofil dan pigmen coklat kekuningan.
4)      Reproduksi dengan membelah diri. 
5)      Ganggang api yang hidup di laut bersifat fosforesensi.
contoh : Peridinium.
d.      Chlorophyta (Gnggang hijau)

Chlorophyta (ganggang hijau) memiliki ciri-ciri :
1)      Sebagai Plankton di air tawar dan air laut ada pula yang hidup ditempat yang lembab dan tubuh hewan.
2)      Memiliki kloroplas dengan berbagai bentuk (spiral mangkok lembaran bola dan bintang).
3)      Kloroplasnya mengandung klorofil a dan b karoten serta xantofil.
4)      Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan zoospora, sedangkan secara generatif dilakukan dengan konjugasi serta peleburan sperma dan ovum.
Chlorophyta dibedakan sebagai berikut.
1)      Chlorophyta bersel tunggal tak bergerak
Contoh: Chlorella dan Chlorococcum
2)      Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Contoh : Chlamydomonas
3)      Chlorophyta berkoloni tak bergerak
Contoh : Hydrodyctyon
4)      Chlorophyta berkoloni dapat bergerak
Contoh : Volvox
5)      Chlorophyta berbentuk benang
Contoh : Spyrogyra dan Oedogonium
6)      Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh : Ulva dan Chara
e.      Phaeophyta (Ganggang cokelat)

Phaeophyta (Ganggang cokelat) memiliki ciri-ciri :
1)      Tubuh mirip tumbuhan tingkat tinggi.
2)      Memiliki pigmen fikosantin dan klorofil.
3)      Reproduksi secara vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan generatif dengan membentuk konseptakel jantan dan konseptakel betina.
4)      Sebagian besar hidup di laut, beberapa jenis hidup di air tawar.
Contoh : Sargassum, Macrocystis, Fucus, dan Ectocarpus.
f.       Rhodophyta (Ganggang merah)

Rhodophyta (Ganggang merah) memiliki ciri-ciri :
1)      Bentuk tubuh seperti rumput sehingga sering disebut rumput laut.
2)      Tubuh bersel banyak dan berbentuk seperti lembaran.
3)      Mengandung klorofil, pigmen fikoeritrin, dan pigmen fikosianin.
4)      Reproduksi seksual dengan peleburan sperma dan ovum yang menghasilkan zigot.
5)      Habitat sebagian besar di laut dan sebagian di air tawar.
Contoh : Eucheuma spinosum, Gelidium, Kallimenia, dan Scinata.
Reproduksi Alga
Alga melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. reproduksi aseksual adalah
melalui :
a.      Pembelahan biner terjadi pada Alga uniseluler.
b.      Fragmentasi (pemutusan beberapa bagian tubuh yang akan tumbuh menjadi individu baru) terjadi pada alga berkoloni dan berbentuk benang.
c.      Spora Kembara (zoospora) yakni potongan dari protoplasma yang dibungkus oleh dinding sel yang dilengkapi flagel.
Sedangkan proses reproduksi seksual (generatif) dilakukan melalui :
a.      Isogami (konjugasi), yakni peleburan sel kelamin jantan dan betina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama atau dengan kata lain, perkawinan yang belum diketahui jenis kelaminnya.
b.      Anisogami, yakni pertemuan sel kelamin jantan yang berukuran lebih kecil dari sel kelamin betina.
c.      Oogami, pertemuan antara spermatozoid dengan ovum yang menghasilkan zigot.


Berikut ini adalah contoh beserta peranan dari Protista:

1. Peranan yang Menguntungkan

a. Golongan Protozoa

ü  Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam proses pembusukan sisa makanan.  
ü  Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan fosilnya dalam jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah globigerina yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.  
ü  Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah radiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.  
ü  Paramaecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator terjadinya pencemaran air oleh zat organik.

b. Golongan Algae/Ganggang

ü  Zooplankton di ekosistem perairan sebagian besar adalah protista berklorofil yang berguna sebagai makanan ikan dan arthropoda air.  
ü  Chlorella selain berperan sebagai produsen di ekosistem perairan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan protein sel tunggal (PST), digunakan pula untuk suplemen makanan, obat-obatan, dan bahan kosmetik.
ü  Porphyra (alga merah), digunakan sebagai suplemen makanan.
ü  Rhodymenia palmata (alga merah), digunakan sebagai sumber makanan.
ü  Macrocystis (alga cokelat), digunakan sebagai makanan suplemen untuk ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
ü  Euchema spinosum , Gellidium, Gracilaria, digunakan sebagai bahan pembuatan agar-agar.
ü  Diatomae (alga pirang), karena mengandung silikat tanah diatom digunakan sebagai penggosok, isolasi bahan dasar industri kaca, dan penyaring bakteri.

2. Peranan yang Merugikan

a. Golongan Protozoa

ü  Entamoeba histolytica hidup di dalam liang usus manusia, menyebabkan kerusakan jaringan pada usus dan diare.
ü  Entamoeba hartmani hidup di dalam liang usus manusia, penyebab disentri tetapi efeknya tidak lebih parah dari Entamoeba histolytica.
ü  Entamoeba gingivalis hidup di dalam rongga mulut manusia, ada disela-sela gigi atau di leher gigi, tenggorokan, dan tonsil. Tidak bersifat patogenik  tetapi dapat memperparah terjadinya radang gusi.
ü  Leishmania donovani menyebabkan penyakit kala azar pada manusia. Penderita biasanya demam berkepanjangan, hati, dan limfanya membesar, serta terjadinya ulcers atau luka pada ususnya.
b. Golongan Protista Mirip Jamur

ü  Saprolegnia yang bersifat parasit pada sisik dan insang ikan yang terluka.
ü  Phytoptora infestans yang menyebabkan penyakit late blight pada kentang.
ü  Phytoptora palmifera  bersifat parasit pada kelapa.
ü  Phytoptora nicotine parasit dan menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau.  
ü  Phytoptora faberi menimbulkan penyakit pada tanaman karet pada luka bekas sadapan.  
ü  Phytoptora palmifera parasit dan menyebabkan penyakit pada kelapa.  
ü  Plasmopora viticola merupakan parasit pada tanaman anggur.



FUNGI (JAMUR)
  • Ciri-ciri jamur :
1.        Eukariotik yang memiliki dinding sel
2.        Tidak memiliki klorofil
3.        Makanannya berupa bahan organik yang diperoleh dari lingkungannya, baik dari mahkluk hidup lain atau dari sisa mahkluk hidup
4.        Dinding sel tersusun dari kitin
5.        Beberapa memiliki zat warna, seperti Amanita muscaria
6.        Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang (hifa)
7.        Hifa pada jenis jamur tertentu memiliki sekat antar-sel yang disebut septum
8.        Hifa tanpa sekat : Hifa senositik
9.        Hifa jamur bercabang-cabang dan berjalin membentuk miselium
10.     Miselium vegetatif : Menyerap makanan
11.     Miselium generatif : Alat reproduksi, menghasilkan spora
12.     Melakukan pencernaan secara ekstraseluler atau di luar tubuh jamur
13.     Bersifat heterotrof
  • Berdasarkan cara memperoleh makanannya :
1.        Saprofit : Memperoleh zat organik dari sisa-sisa organisme mati dan bahan tak hidup. Sebagai pengurai (dekomposer) utama
2.        Parasit : Memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Merugikan organisme inangnya karena dapat menyebabkan penyakit
3.        Simbiosis mutualisme : Hidup saling menguntungkan dengan organisme lain. Contohnya : Jamur bersimbiosis dengan ganggang hijau biru membentuk lumut kerak dan jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman tingkat tinggi membentuk mikoriza
  • Habitatnya :
1.        Tempat basah/lembab di daratan
2.        Organisme/sisa-sisa organisme di laut/air tawar
3.        Lingkungan asam
4.        Konsentrasi gula tinggi

  • Reproduksi aseksual :
1.        Pembentukan kuncup/tunas pada jamur uniseluler
2.        Pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) pada jamur uniseluler
3.        Pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada jamur multiseluler. Spora aseksual berupa :
§  Sporangiospora : Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel dalam kotak spora (sporangium) yang terdapat pada ujung sporangiofor (struktur yang mendudukung sporangiofor)
§  Konidiospora : Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel pada ujung konidiofor (penudukung konidia)
  • Reproduksi seksual : Pembentukan spora seksual yang dihasilkan secara singami (penyatuan sel/hifa yang berbeda jenis)
  • Klasifikasi berdasarkan cara reproduksi seksualnya :
a)       Zigomycota :
§  Hifa tak bersekat
§  Hifa berdiferensiasi membentuk sporangium
§  Alat reproduksi seksual : Zigosporangium yang berdinding tebal dan bewarna kehitaman
§  Tidak memiliki tubuh buah
§  Habitatnya :
1.        Merupakan jamur terestrial (daratan)
2.        Saprofit pada makanan/pada sisa tumbuhan dan hewan
3.        Parasit pada manusia dan tumbuhan
4.        Bersimbiosis saling menguntungkan dengan organisme lain
§  Reproduksi aseksualnya : Fragmentasi miselium atau pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) yang dihasilkan oleh sporangium
§  Peranannya :
1.        Rhizopus oryzae : Pembuatan tempe
2.        Mucor javanicus : Pembuatan tape
3.        Rhizopus stolonifer, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, Pilobolus : Pengurai saproba sisa organisme/bahan yang terbuat dari produk organism
b)       Ascomycota :
§  Sebagian besar multiseluler, uniseluler (Saccaromyces cerevisiae)
§  Yang multiseluler hifanya bersekat
§  Alat reproduksi aseksualnya : Hifa yang berdiferensiasi membentuk konidiofor
§  Alat reproduksi seksualnya : Askus
§  Tubuh buah pada Ascomycota : Askokarp
Peranannya :
§  Saccharomyces cerevisiae : Pembuatan roti dan minuman beralkohol (mengubah gula menjadi alkohol (etanol) dan karbon dioksida)
§  Saccharomyces ellipsoideus : Pembuatan wine dari buah anggur
§  Saccharomyces tuac : Pembuatan tuak dari air nira
§  Neurospora crassa : Oncom
§  Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinea : Tubuh buahnya dapat dimakan
§  Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum : Antibiotik
§  Penicillium camembertz dan Penicillium roqueforti : Keju
c)        Basidiomycota :
§  Jamur multiseluler hifanya bersekat
§  Tubuh buah pada Basidiomycota : Basidiokarp
§  Alat reproduksi seksualnya : Basidiospora
§  Reproduksi aseksualnya : Membentuk spora konidia
§  Peranannya :
-          Jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur shitake (Lentinula edodes) : Dapat dimakan tubuh buahnya
-          Jamur kayu (Ganoderma) : Obat/makanan suplemen
Yang merugikan :
-          Jamur karat (Puccinia graminis) : Parasit pada daun tanaman pertanian
-          Punnicinia arachidis : Parasit pada tanaman kacang
-          Ustilago maydis : Parasit pada jagung
-          Amanita ocreata dan Amanita phalloides : Beracun dan mematikan bila dimakan
-          Amanita muscaria : Menyebabkan halusinasi bila dimakan
d)       Deuteromycetes :
§  Bukan kelompok jamur sebenarnya dalam klasifikasi jamur
§  Setiap jenis jamur sudah diidentifikasi tetapi belum diketahui reproduksi seksualnya dikelompokkan dalam deuteromycetes (jamur tidak sempurna)
§  Jika cara reproduksi suatu jenis jamur Deuteromycetes diketahui, jamur tersebut akan dikelompokkan ulang menjadi anggota salah satu divisi jamur Zygomycota, Ascomycota, atau Basidiomycota
  • Lumut kerak/Licens :
1.        Bentuk kehidupan saling menguntungkan antara jamur dan organisme fotosintetik
2.        jamur dalam lumut kerak umumnya adalah Ascomycota dan Basidiomycota, sedangkan organisme fotosintetiknya adalah Cyanobacteria/ganggan hijau uniseluler
3.        Jamur memperoleh hasil fotosintesis dari Cyanobacteria
4.        Jamur bertugas menjaga ketersediaan air bagi Cyanobacteria
5.        Cyanobacteria memperoleh nutrien untuk fotosintesis yang diserap oleh jamur dari lingkungan
6.        Reproduksi aseksual : Fragmentasi badan vegetatif (talus) atau dengan soredia
7.        Reproduksi seksualnya : Jika yang bersimbiosis adalah Ascomycota dan Basidiomycota yang menghasilkan askospora dan basidiospora
  • Mikoriza :
1.        Simbiosis mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan tingkat tinggi
2.        Jamur memperoleh senyawa organik
3.        Tumbuhan memperoleh air dan mineral (terutama fosfor) yang diserap oleh jamur dari dalam tanah, jamur juga menyediakan hormon pertumbuhan tertentu yang melindungi akar tumbuhan terhadap infeksi mikroorganisme


BIOTEKNOLOGI